Jangan Asal, Ini Cara Tepat Ukur Berat dan Tinggi Anak
- Pixabay/qimono
VIVA – Mengukur tinggi dan berat badan anak merupakan hal penting yang sering diabaikan oleh orangtua. Padahal, dari pengukuran ini, bisa mendeteksi stunting sejak dini agar bisa dicegah sebelum terlambat.
Stunting diawali dengan kondisi pertumbuhan anak yang terhambat alias growth faltering. Bukan sekadar tubuh yang pendek, anak stunting juga mengalami masalah dalam proses memahami banyak hal lantaran organ otak tak berfungsi dengan baik.
"Dari penelitian ternyata diketahui penyebab tersering (growth faltering) adalah kualitas makanan yang kurang baik, ketidakcukupan energi dan protein, disertai dengan penyakit yang sifatnya akut atau kronis," ujar Dokter Spesialis Anak Dr. dr. Conny Tanjung, Sp. A (K), dalam acara virtual bersama Pediasure, beberapa waktu lalu.
Selain risiko stunting, bahaya dari terhambatnya pertumbuhan ini bisa memicu penurunan fungsi kognitif dan neurodevelopmental. Bahkan, meningkatkan risiko-risiko penyakit di masa dewasa atau tua, serta hilangnya potensi dari pertumbuhan fisik.
Baca Juga: Cegah Keturunan Alami Stunting Sejak Usia Remaja
Dokter Conny merekomendasikan agar para orang tua bisa mengenali keterhambatan tersebut sejak dini, dimulai dari memonitor tinggi atau panjang dan berat badan anak. Untuk mengukur berat badan, anak di bawah 2 tahun disarankan memakai timbangan tidur dan bisa memakai timbangan untuk berdiri pada usia di atas 2 tahun. Direkomendasikan agar pengukurannya dilakukan bersama dokter dan timbangan yang tepat.
"Timbangan ini harus selalu diset di angka 0 dan secara regular dikalibrasi," jelasnya. "Jangan pakai baju atau kalau mau hanya pakai pampers ya minimal. Anaknya juga jangan goyang-goyang saat menimbang, serta jangan pakai timbangan kamar mandi," kata dia.
Sementara untuk mengukur tinggi anak, dokter Conny menjelaskan bahwa kepala, pundak, bokong, dan tumit anak harus menempel pada dinding. Hindari juga memakai sepatu, kaus kaki, topi, atau aksesoris rambut agar pengukuran tepat.