Kehilangan Penciuman Jadi Gejala COVID-19, Ini Bedanya dengan Pilek

Ilustrasi influenza/flu/bersin/pilek.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Selain demam, batuk kering dan mudah lelah, kehilangan penciuman dan rasa juga menjadi salah satu gejala virus corona. Namun, jauh sebelum itu, tidak mampu merasakan bau dan kehilangan sebagian rasa, juga menjadi pertanda serangan pilek dan flu yang buruk.

Mengatasi Batuk dan Pilek Musiman: 5 Bahan Alami ini Wajib Kamu Coba!

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Rhinology dibuat untuk lebih memahami perbedaan antara kehilangan penciuman dan rasa yang diakibatkan oleh COVID-19 atau disebabkan karena infeksi virus lain seperti flu biasa. 

Studi tersebut merupakan penelitian pertama yang mengungkap bagaimana orang yang menderita COVID-19, memiliki kehilangan indra penciuman dan rasa yang berbeda dibandingkan dengan mereka yang terkena flu atau pilek biasa. 

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Penelitian tersebut dilakukan di University of East Anglia, dan temuan itu lebih lanjut menyoroti bahwa virus corona mungkin berpotensi memengaruhi otak dan sistem saraf pusat pasien. 

Sesuai laporan yang diterbitkan di ANI, para peneliti melakukan survei terhadap 10 pasien COVID-19, 10 orang yang menderita flu biasa dan 10 orang sehat tanpa gejala virus corona atau flu biasa. Menurut hasil penelitian, beberapa perbedaan yang menunjukkan hilangnya penciuman akibat flu biasa dan COVID-19, meliputi: 

Resep Minuman Jahe Ampuh Redakan Flu, Manfaatkan Bahan-bahan Dapur Ini

1. Penderita virus corona dapat bernapas lega bahkan saat kehilangan penciuman. 
2. Penderita COVID-19 juga tidak mengalami hidung meler atau mampet. 
3. Tidak bisa membedakan rasa pahit dan manis. 

Baca juga: Sisi Wajah yang Pertama Dilihat Ungkap Seberapa Temperamennya Kamu

Penelitian lebih lanjut menyoroti bahwa hilangnya penciuman dan rasa lebih signifikan pada pasien virus corona, karena mereka mengalami 'kehilangan penciuman dan rasa yang sebenarnya'.

Para peneliti berspekulasi bahwa gangguan penciuman dan rasa pada pasien COVID-19, dapat disebabkan oleh dampak virus corona pada otak dan sistem saraf. 

Meski fungsi penciuman kembali normal saat sembuh dari COVID-19, para peneliti berharap temuan mendalam ini akan membantu mendiagnosis penyakit lebih cepat. 

"Ini sangat menarik karena itu berarti tes penciuman dan rasa dapat digunakan untuk membedakan antara pasien COVID-19 dengan orang yang hanya menderita pilek atau flu biasa," kata ketua peneliti, Carl Philpott, profesor di Norwich Medical School UEA, dilansir Times of India, belum lama ini.

"Meskipun tes tersebut tidak dapat menggantikan alat diagnostik formal seperti test swab. Tapi, tes tersebut bisa menjadi alternatif saat tes konvensional tidak tersedia atau ketika diperlukan penyaringan cepat - terutama di tingkat perawatan primer, di unit gawat darurat atau di bandara," tambahnya. 

Para ilmuwan dan komunitas medis juga menemukan, ada laporan signifikan yang menunjukkan bahwa COVID-19 juga memengaruhi sistem saraf pusat seseorang, sehingga menimbulkan beberapa gejala neurologis. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya