Akupuntur Bantu Pengobatan Penderita Virus Corona, Menurut Studi Baru

Akupuntur.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Saat dunia tengah menunggu vaksin virus corona atau COVID-19, sebuah studi terbaru mengklaim bahwa akupuntur dapat membantu pengobatan terhadap penderita virus corona. Sebuah studi baru dari Harvard Medical School menemukan bahwa akupunktur dapat membantu meredakan peradangan pada tikus.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Dari studi yang diterbitkan di jurnal Nuron itu diketahui, akupuntur dapat berpengaruh pada kemampuan tikus untuk mengatasi sitokin, respons kekebalan yang terlalu agresif yang ditemukan menyebabkan peradangan paru-paru, pneumonia dan kematian pada beberapa pasien virus corona.

Baca Juga: Selain Virus Corona, Pneumonia Bisa Berasal dari Kotoran Burung

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

"Ini adalah berita yang menggembirakan. Selalu menyenangkan ketika studi Barat mendukung sistem pengobatan akupunktur kuno dan pengobatan tradisional Tiongkok," kata ahli akupunktur Sara Reznikoff, yang tidak berafiliasi dengan penelitian tersebut, yang dikutip dari laman New York Post, Selasa, 18 Agustus 2020.

Reznikoff menjelaskan, akupunktur sangat bagus dalam memicu kemampuan penyembuhan penyakit bawaan tubuh, membantu peradangan dan menenangkan sistem saraf.  

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

"Saya telah melihat hasil yang luar biasa dalam praktik saya, merawat pasien dengan gejala pasca-COVID-19.  Saya senang akupunktur dipertimbangkan dalam melawan COVID-19," kata dia.

Peneliti menjelaskan, sementara ini temuan itu relevan, akupuntur dapat memiliki implikasi lama setelah dunia pulih dari pandemi.

Badai sitokin telah mendapat perhatian utama sebagai komplikasi COVID-19 yang parah, tetapi reaksi kekebalan yang menyimpang ini dapat terjadi dalam infeksi apa pun dan telah lama dikenal oleh dokter sebagai ciri sepsis, kerusakan organ, seringkali fatal respons inflamasi terhadap infeksi.

Studi lain mendeskripsikan tanggapan tersebut seperti, istilah 'badai sitokin' memunculkan gambaran jelas dari sistem kekebalan yang kacau dan respons peradangan yang tidak terkendali.

Dalam studi baru itu, para peneliti menemukan bahwa tikus yang mengalami badai sitokin memiliki peluang bertahan hidup 40 persen lebih besar saat diobati dengan elektroakupunktur.

Selain itu, akupunktur bekerja dengan baik sebagai bentuk pencegahan. Tikus yang diobati dengan akupunktur sebelum mengembangkan badai sitokin mengalami tingkat peradangan yang lebih rendah dan tingkat kelangsungan hidup mereka meningkat dari 20 menjadi 80 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya