Vape Picu Peningkatan COVID-19 di Kalangan Remaja

Ilustrasi vape.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Studi baru menemukan bahwa vaping terkait dengan peningkatan risiko tertular COVID-19 di kalangan remaja dan dewasa muda. Vape juga terbukti memberikan lebih banyak efek berbahaya pada tubuh para remaja.

Vape Memang Tak Mengandung Tar, Tapi Bahaya Lain Tetap Segudang

Menurut penelitian, yang dipimpin oleh para peneliti di Stanford University School of Medicine dan diterbitkan di Journal of Adolescent Health, remaja dan dewasa muda yang melakukan vape lima kali lebih mungkin terinfeksi virus corona dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan rokok elektrik.

Mereka juga yang merokok secara tradisional dengan tembakau hampir tujuh kali lebih mungkin untuk terinfeksi.

PDPI: Prevalensi Perokok Elektrik di Indonesia Alami Kenaikan Hampir 100 Kali Lipat

"Generasi muda mungkin percaya usia mereka melindungi mereka dari tertular virus atau bahwa mereka tidak akan mengalami gejala COVID-19, tetapi data menunjukkan bahwa ini tidak benar di antara mereka yang melakukan vape,” kata penulis utama studi tersebut, Shivani Mathur Gaiha, dikutip dari USA Today.

Baca juga: Kasus COVID-19 Meningkat, Ini Tips Jaga Kesehatan Anak Selama Pandemi

Awas! Vape Bisa Sebabkan Kematian

Peneliti Stanford melakukan survei pada lebih dari 4.300 peserta berusia antara 13 hingga 24 tahun yang tinggal di seluruh negeri, termasuk District of Columbia dan tiga wilayah AS.

Hasil disesuaikan untuk sejumlah faktor termasuk usia, jenis kelamin, ras, etnis, status LGBTQ, pendidikan, indeks massa tubuh, kepatuhan terhadap perintah tempat penampungan dan tingkat kepositifan negara untuk COVID-19.

Survei tersebut menanyakan peserta apakah mereka pernah menggunakan alat vaping atau rokok yang mudah terbakar, serta apakah mereka pernah menggunakan vape atau merokok dalam 30 hari terakhir. Mereka kemudian ditanya apakah pernah mengalami gejala COVID-19, dites, atau mendapat diagnosis positif setelah dites.

Perokok jenis tradisional pada bulan sebelumnya diketahui hampir lima kali lebih mungkin mengalami gejala COVID-19 seperti batuk, demam, kelelahan dan kesulitan bernapas. Dr Sunil Sharma, kepala paru-paru, perawatan kritis, dan pengobatan tidur di West Virginia University Medicine, mengatakan bahwa kaitan COVID-19 dan vaping memicu kekebalan menurun. 

Baca juga: Tiga Cangkir Kopi Sehari Bisa Turunkan Berat Badan

Namun, Dr. Bonnie Halpern-Felsher, penulis senior studi dan profesor pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, berspekulasi bahwa bukan hanya sistem kekebalan yang terganggu yang membuat populasi ini rentan terhadap penyakit. Dia mengatakan remaja dan dewasa muda cenderung berbagi rokok elektrik mereka, yang dapat menyebarkan virus.

“Sebagian besar peserta berlindung di tempat, tetapi mereka mungkin berada di halaman belakang dengan beberapa teman berbagi perangkat vaping mereka,” katanya.

Vaping juga melanggar salah satu aturan utama pandemi yakni Jangan menyentuh wajah. Vapers dapat menularkan virus dari tangan ke wajah setiap kali membawa perangkat ke mulut. Dan menghirupnya membawa jalur langsung bagi virus untuk memasuki saluran pernapasan.

Presiden Jokowi dicek kesehatan sebelum divaksinasi booster COVID-19 tahap dua

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Lantas bagaimana jejak perjalanan mewabahnya virus mematikan Sars-CoV-2 tersebut, hingga langsung memunculkan situasi pandemi yang mencekam di Tanah Air?

img_title
VIVA.co.id
2 Oktober 2024