Tirta: Masyarakat Indonesia Tidak Mengerti Arti Physical Distancing

Penumpang duduk dengan menjaga jarak di dalam kereta MRT
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

VIVA – Dokter Tirta Mandira Hudhi atau yang akrab disapa Tirta telah terjun langsung ke beberapa daerah untuk memberikan edukasi pada masyarakat untuk dapat mencegah virus corona atau COVID-19. Ia pun melihat masih banyak masyarakat yang tidak mengerti arti dari physical distancing. 

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Tirta menyampaikan apa yang dilakukan pemerintah sudah baik tetapi tidak sampai kepada akar rumputnya. Melihat banyaknya bahasa dan budaya yang ada di Indonesia ia menilai penggunaan istilah physical distancing hanya mengedukasi sebagian orang saja. 

"Kita tahu bahwa di Indonesia itu kan bahasanya kearifan lokal alih-alih kita menggunakan bahasa Indonesia dengan yang mudah dimengerti kita menggunakan bahasa Inggris jadi sehingga yang mengerti mengenai edukasi tentang COVID itu jujur aja ya orang-orang tertentu," kata Tirta dalam webinar Minggu, 9 Agustus 2020.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

Atas perintah dari Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, Tirta melakukan edukasi kepada masyarakat di daerah dengan menggunakan kearifan lokal yang ada. Seperti di Surabaya ia harus bertemu dengan Bonek yang merupakan pendukung sepakbola untuk memberikan edukasi pada masyarakat. 

Baca juga: Peneliti Beberkan Kerusakan Sistem Imun Akibat COVID-19

Pakar Imbau, Waspadai Pandemi Disease X, Mematikan Dibanding COVID-19

"Kenapa karena warganya ternyata enggak ngerti physical distancing enggak ngerti bahasanya. Di Makassar saya memproklamirkan gerakan peduli COVID, di Surabaya Wani lawan COVID. Di Jogja kerja sama dengan dekan FK UGM dan Dinas Pariwisata dan Dinas Kesehatan Bantul dan kawan. Intinya kita memproklamirkan edukasi kearifan lokal yang mana itu belum dilakukan oleh teman-teman di atas itu Kemenkes dari bulan Maret," tuturnya. 

Tirta menilai penggunaan istilah-istilah dengan bahasa Inggris justru membuat pengertiannya semakin bias dan masyarakat semakin dibingungkan. Bahkan, jika dipaksakan tidak akan masuk kepada masyarakat di daerah. 

"Kita tahu Indonesia terdiri dari banyak suku berbagai macam bahasa kalau kita memaksakan edukasi menggunakan bahasa Inggris physical distancing social distancing emang akan masuk ke tapi masuknya itu hanya di media sosial," kata Tirta.

Presiden Jokowi dicek kesehatan sebelum divaksinasi booster COVID-19 tahap dua

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Lantas bagaimana jejak perjalanan mewabahnya virus mematikan Sars-CoV-2 tersebut, hingga langsung memunculkan situasi pandemi yang mencekam di Tanah Air?

img_title
VIVA.co.id
2 Oktober 2024