Wah, Ada Kabar Gembira Lagi Soal Pengembangan Vaksin Corona

Ilustrasi vaksin virus corona
Sumber :

VIVA – Sebuah studi baru telah melahirkan harapan baru terkait pengembangan vaksin yang layak untuk memerangi virus corona. Ya, penelitian yang dilakukan baru-baru ini telah mengungkap fakta, walaupun virus Sars-CoV-2 memiliki 6 jenis berbeda, namun virus itu tak menunjukkan banyak variasi.

Penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal 'Frontiers in Microbiology', yang disebut-sebut sebagai penelitian paling ekstensif yang dilakukan pada virus Sars-CoV-2.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan dengan cermat menganalisis 48.635 genom virus corona yang diisolasi oleh para peneliti di seluruh dunia.

Para peneliti di Universitas Bologna di Italia menemukan bahwa hingga saat ini, terdapat enam jenis virus SARS-CoV-2.

Strain aslinya adalah strain L, yang muncul di Wuhan, China pada saat wabah dan mutasi pertamanya adalah strain S yang muncul pada awal 2020. Setelah itu, muncul strain V dan G pada pertengahan Januari, demikian menurut Times of India.

Baca juga: Desta Terobsesi Jadi Personel NOAH, Ini Keputusan Ariel

Menurut para peneliti, strain G adalah mutasi virus corona baru yang paling luas hingga saat ini. Galur ini bermutasi menjadi GH dan GR pada akhir Februari 2020.

Dan dua galur tersebut sebenarnya menyumbang hampir 74 persen dari semua urutan gen yang dipelajari oleh para ilmuwan. Sementara strain L dan V perlahan menghilang, strain G, GH dan GR, meningkat secara global.

Ilmuwan Temukan Virus Mirip COVID-19 di Kelelawar, Bisa Tular Manusia!

Temuan peneliti ini juga mengungkap fakta, meskipun virus ini memiliki enam mutasi yang menonjol, virus corona tidak menunjukkan banyak variabilitas. Sesuai hasil penelitian, virus corona menunjukkan sekitar 7 mutasi per sampel.

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di PTI, tingkat variabilitas yang rendah (perubahan evolusioner rendah) menandakan bahwa perawatan yang dikembangkan.

Hore, Antibodi COVID-19 Masyarakat RI Meningkat 4 Kali Lipat

Hal tersebut termasuk vaksin, mungkin efektif melawan semua galur virus, demikian pernyataan Federico Giorgi, peneliti di University of Bologna, sekaligus koordinator dari penelitian ini. 

Perlu diingat bahwa influenza biasa memiliki tingkat variabilitas lebih dari dua kali lipat bila dibandingkan dengan virus corona. Mungkin ini bisa menjadi alasan mengapa suntikan influenza perlu diperbarui setiap tahun.

Satgas IDI: COVID-19 Tidak Akan Hilang Sepenuhnya
Ilustrasi vaksin COVID-19 untuk lansia.

Viral Pernyataan dr Tifa soal Efek Samping Vaksin COVID-19 dengan Autoimun

Ahli epidemiologi sekaligus akademisi dan peneliti dari Lembaga Ahlina Institute, dr Tifauzia Tyassuma kembali menjadi sorotan di media sosial terkait vaksin COVID-19

img_title
VIVA.co.id
25 Juli 2024