Mengenal Terapi Kombinasi, Inovasi Pengobatan untuk Pasien Diabetes

Ilustrasi tes diabetes.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – COVID-19 dapat menyerang hampir seluruh kalangan usia, namun data menunjukkan bahwa kelompok usia lanjut dan orang yang mempunyai riwayat penyakit kronis (komorbid) memiliki risiko terkena lebih sering dan dengan komplikasi yang lebih buruk dari penyakit ini. Riwayat penyakit kronis yang dimaksud antara lain adalah hipertensi, diabetes melitus, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit paru kronis.

Miris, Anak Usia 13 Tahun Sudah Didiagnosis dengan Diabetes Tipe 2

Diabetes, merupakan komordibitas kedua yang tersering ditemukan, sekitar 8 persen kasus setelah hipertensi dan dengan angka kematian tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan penderita secara umum (7,3 persen berbanding 2,3 persen).

Ketua Umum PB PERKENI, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD., mengatakan Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko tertinggi penularan COVID-19. Oleh karena itu, penting untuk penyandang diabetes di masa pandemi, harus rajin memonitor gula darah. Sebab semakin tinggi gula darah semakin risiko menjadi berat dan bahkan kematian.

Studi: Bukan Pagi, Ternyata Lari Sore Paling Ampuh Turunkan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes

"Sudah banyak data seperti itu. Gula darah yang tinggi akan menyebabkan imunitas menurun dan juga memicu peradangan yang luas sehingga memperburuk penularan," kata Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof.Dr.dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD dalam press conference virtual, Jumat 7 Agustus 2020.

Baca Juga: Rhea Chakraborty Diperiksa Polisi Terkait Transaksi Mencurigakan

5 Buah untuk Diabetes yang Aman dan Enak Dikonsumsi

Ketut melanjutkan, penting sekali penyandang diabetes untuk berdiskusi dengan dokternya agar dapat mengevaluasi pilihan pengobatan yang tepat selama masa pandemi bagi masing-masing individu, agar mencapai pengendalian gula darah yang baik dan imunitas tubuh tetap terjaga.

"Selain itu,untuk perawatan diabetes yang lebih baik di era new normal, terapi inovatif dan individual dibutuhkan oleh para penyandang," kata dia.

Di sisi lain, Head of Medical Sanofi Indonesia, dr. Mary Josephine menjelaskan pihaknya berkomitmen dalam menyediakan inovasi pengobatan untuk perawatan diabetes yang lebih baik bagi para penyandang diabetes melalui terapi kombinasi.

"Terapi kombinasi ini efektif untuk mengontrol tidak hanya gula darah puasa tapi juga gula darah sesudah makan sehingga membantu perawatan penyandang diabetes lebih optimal," kata Mary.

Dia menjelaskan penanganan penyandang diabetes dengan inovasi terapi kombinasi ini dilakukan individu sesuai kebutuhannya. Sebab kata dia, setiap orang itu unik dan memiliki pola hidup yang berbeda antara satu sama lain.

"Kita tau COVID- 19 berdampak besar terutama di segi kesehatan, data menunjukkan diabetes menjadi salah satu risiko tinggi penularan. Perlu penanganan yang optimal, sesuai dengan inovasi terakhir, terapi insulin itu hanya mengatur kadar gula puasa atau kadar gula  makan, terapi kombinasi ini bisa optimal," jelas dia.

Mary menjelaskan,untuk terapi ini harus dengan anjuran dokter tidak bisa dibeli secara bebas.

"Semua pengobatan diberikan setelah konsultasi dokter terlebih dahulu. Setelah pemeriksaan dan jika diberikan resep terapi kombinasi ini bisa didapatkan di apotek. Jadi tidak bisa dibeli secara bebas," jelas dia.

Selain itu, kata Mary pihaknya juga terus melakukan upaya edukasi yang berkesinambungan untuk memastikan bahwa penyandang diabetes, dokter, petugas kesehatan, fasilitas kesehatan mendapatkan informasi yang tepat dalam manajemen diabetes melalui berbagai program advokasi digital.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya