Waspadai Bahaya Penyakit Kelamin, Picu Kebutaan Janin
- halodoc.com
VIVA – Menurut data terakhir dari WHO, pada tahun 2018 terdapat 98 juta kasus baru gonore. Penyakit menular seksual tersebut seringkali sulit dideteksi sehingga dapat berakibat fatal.
WHO mencatat, terjadi peningkatan yang tajam dibanding pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 62 juta kasus pada tahun 1999 dan 88 juta kasus pada tahun 2005. Diperkirakan terdapat sekitar 2 juta kasus baru di Indonesia setiap tahunnya.
GO disebabkan oleh infeksi bakteri infeksi Neisseria Gonorrhoeae dan dapat menular dari orang ke orang. Bakteri ini ditularkan ketika melakukan kontak seksual dengan orang yang terinfeksi atau melakukan kontak dengan cairan tubuh mereka, baik secara vaginal maupun anal.
Bahkan, dapat menular dari ibu kepada anak selama proses persalinan. Wanita hamil yang mengidap penyakit ini bahkan bisa langsung menginfeksi bayi mereka, khususnya ketika proses persalinan.
Baca juga: Gandeng Sandiaga Uno, Gen Ahmad Dhani Cocok Bikin Boyband
Hal tersebut terjadi karena bayi bersentuhan langsung dengan sekresi genital dari ibunya. Hal ini bisa membahayakan janin saat lahir lantaran GO dapat memicu timbulnya nanah.
"Bayi lahir lewati mulut rahim, di bagian rahim itu infeksi GO, jadi memicu nanah di mata bayi dan bisa kebutaan. Kalau persalinan sesar tidak terjadi kontak di mulut rahim ibu," kata CEO Klinik Pramudia dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, dalam Virtual Media Briefing, Rabu 5 Agustus 2020.
Namun, sebagian besar wanita hamil tidak menunjukkan gejala ketika ia mengalami penyakit ini sehingga memang agak sulit terdeteksi.
Kalau pun ada, gejalanya bisa mirip seperti keluhan yang dapat terjadi dalam kehamilan biasa, seperti keputihan, perdarahan, atau muncul bercak darah pada vagina. Sehingga, kerap kali infeksi GO sudah menyebar hingga ke area lain.
Baca juga: Ketimbang Nikah, Nikita Mirzani Pilih Kumpul Kebo
"Kalau ibunya GO dan ada radang panggul sehingga tidak mungkin (persalinan) sesar," jelas Anthony.
Infeksi gonokokus pada wanita hamil yang tidak segera diobati banyak sekali dikaitkan dengan keguguran, kelahiran prematur dan berat lahir rendah, ketuban pecah dini, korioamnionitis atau komplikasi kehamilan lainnya, sehingga bisa menginfeksi janin.
Untuk itu, pencegahannya dilakukan dengan aktivitas seksual yang aman dan tidak berganti pasangan.