Gesek Kelamin Bisa Tulari Penyakit, Kok Bisa?

Hubungan seksual
Sumber :
  • Dailystar

VIVA – Hubungan seks identik dengan momen penetrasi antar organ intim pria dan wanita. Padahal, kontak seksual sangat bervariasi dan bisa mencetuskan bahaya penyakit menular yang kerap tak disadari.

Hotman Paris ke Pihak Nikita Mirzani: Kalau Gagal Cari Bukti Aborsi, Fokus ke.....

Petting merupakan salah satu dari aktivitas seksual yang mungkin cukup sering dilakukan oleh banyak pasangan. Dikutip dari Net Doctor, menurut terapis seks, Alix Fox, petting pada dasarnya berarti bermain-main secara seksual, membelai dan termasuk bagian foreplay.

Petting sendiri dapat menularkan penyakit kelamin seperti Gonore (GO). Bahaya penyakit menular ini hanya ditulari melalui kontak seksual meski tak melulu di momen penetrasi.

Dampak Berhubungan Seks Setiap Hari, Amankah untuk Kesehatan?

"Kontak tidak melulu penetrasi. Bisa dengan petting atau gesek-gesek di permukaan. Saat penis keluarkan nanah, bisa saja masuk atau nempel di lubang kemih wanita," ujar CEO Klinik Pramudia, dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, dalam Media Briefing Virtual, Rabu 5 Agustus 2020.

Baca juga: Terungkap Fakta Baru Kasus Anji dan Hadi Pranoto

Terpopuler: Insecure Ukuran Penis, hingga Intensitas Berhubungan Intim yang Ideal Secara Usia

Pada praktiknya, petting adalah tentang merangsang tubuh seseorang dalam konteks erotis dan atau area genital, tetapi tidak sampai melakukan hubungan seksual secara penetrasi antar vagina dan penis.

Petting mencakup ciuman, belaian payudara dan rangsang puting, bahkan bergesekan antar organ intim. Aktivitas ini bisa dilakukan dengan atau tanpa pakaian. 

"Hubungan seks dengan oral, pasti kena kumannya di area tenggorokan juga. Nempel sedikit pun bisa (termasuk) kontak seksual. Enggak mesti penetrasi," jelasnya.

Sehingga, bahaya GO cenderung mengintai mereka yang berusia produktif dan aktif melakukan kontak seksual dengan pasangan yang berbeda. Terlebih, kesadaran masyarakat terkait penyakit ini sampai saat ini masih rendah. 

“Faktor risiko GO yaitu mereka yang berusia produktif (15-49 tahun) memiliki perilaku seksual aktif yang tidak aman, mengobati diri sendiri dengan membeli obat yang tanpa anjuran dokter, sehingga mengalami masa inkubasi yang pendek," kata dokter Anthony.

Selain itu, penyakit ini kerap terjadi karena masih sulitnya mengidentifikasi gejalanya. Biasanya, kata Anthony, gejala tidak bisa langsung terlihat saat pertama kali terinfeksi. Gejala biasanya muncul sekitar 10-20 hari setelah infeksi. GO pada dasarnya ditularkan lewat hubungan seksual.

Meskipun agak jarang terjadi, GO yang tidak diobati juga dapat menyebar ke darah atau sendi Anda dan bisa mengancam jiwa. GO yang tidak diobati, pada beberapa kasus, meningkatkan peluang untuk mendapatkan atau menularkan HIV/AIDS. Sehingga, masyarakat harus mampu melakukan pencegahan.

"Pencegahan utama yang bisa dilakukan masyarakat adalah melakukan hubungan intim yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom, tidak bergonta-ganti pasangan, membatasi kontak seksual dengan pasangan yang tidak terinfeksi," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya