Hati-hati Klaim Produk Herbal Sebagai Penyembuh COVID-19
- dw
“Hasilnya belum bisa diketahui karena sistem uji kliniknya blinding, jadi kita tidak tahu mana pasien yang dapat obat uji atau kontrol, hanya bisa diketahui setelah 90 subjek selesai,” jelas Masteria, Selasa 4 Agustus 2020.
Masteria menjelaskan bahwa metode uji klinis kandidat immunomodulator dilakukan secara acak terkontrol tersamar ganda dengan plasebo untuk menjaga terjadinya bias pada penelitian. Plasebo adalah jenis obat kosong yang tidak mengandung zat aktif dan tidak memberikan efek apa pun terhadap kesehatan.
Terdapat 2 produk uji dan 1 plasebo yang diberikan secara acak dan merata kepada 90 subyek uji, sehingga terdapat 30 subyek uji untuk masing-masing kelompok.
“Karena digunakan sistem blinding yang tersamar ganda, baik subjek maupun peneliti tidak mengetahui yang diberikan kepada subyek tersebut adalah salah satu dari produk uji yang diujikan atau plasebo,” ujar Masteria.
Meski begitu, uji klinis kandidat immunomodulator ini diharapkan dapat selesai pada 16 Agustus mendatang, untuk kemudian dilaporkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai regulator yang akan memutuskan apakah uji klinis ini berhasil atau tidak.
“Nantinya bisa dijadikan suplemen peningkat daya tahan tubuh bagi pasien COVID-19,” kata Masteria.
Jangan asal klaim