Kabar Gembira, Ilmuwan Temukan Kelemahan Virus Corona
- Pixabay
VIVA – Ketika lebih dari 160 kelompok di seluruh dunia melanjutkan upaya mereka untuk mendapatkan vaksin COVID-19 yang efektif, komunitas medis dan kelompok-kelompok penelitian mempelajari lebih banyak tentang cara penularan baru setiap harinya.
Sementara persaingan untuk mengembangkan vaksin potensial untuk mengatasi pandemi ini masih terus berlangsung, para ilmuwan Rusia mengaku telah memahami titik lemah dari virus corona.
Dilansir Times of India, menurut laporan baru-baru ini, tim peneliti dari Pusat Penelitian Negara Virologi dan Bioteknologi VECTOR Rusia di Novosibirsk, Siberia, telah menemukan bahwa air suhu kamar sebenarnya dapat memberikan jeda pada pertumbuhan penularan yang sangat menular.
Para peneliti dari pusat penelitian tersebut telah mengidentifikasi bahwa air normal dapat membantu membatasi pertumbuhan virus corona. Dalam studi tersebut, ditemukan bahwa 90 persen partikel virus corona akan mati dalam air bersuhu ruangan dalam rentang waktu 24 jam, sementara 99,9 terbunuh dalam 72 jam.
Baca Juga: Kemenkes Keluarkan Pedoman Terbaru Pencegahan Virus Corona
Peneliti Rusia lebih lanjut menemukan bahwa virus corona novel akan 'menyerah' pada air mendidih, karena dapat membunuh virus corona dengan segera.
Menurut laporan Sputnik News, tim peneliti juga menemukan bahwa air yang diklorinasi sangat efektif dalam membunuh virus. Ditemukan juga bahwa virus corona tidak berkembang biak dalam air yang diklorinasi dalam air laut, meskipun dapat bertahan untuk beberapa waktu. Umur penularan langsung tergantung pada suhu air.
Rusia telah membuat langkah besar dalam mengembangkan kandidat vaksin untuk memerangi pandemi. Menurut laporan terbaru, negara itu berencana untuk meluncurkan kampanye vaksinasi massal terhadap virus corona baru di bulan Oktober. Juga diyakini bahwa pekerja di garis depan, termasuk dokter dan guru, akan menjadi yang pertama untuk mendapatkan vaksin.
Para ilmuwan Rusia telah mengumumkan pada 15 Juli 2020 bahwa uji coba awal terhadap kandidat vaksin berbasis adenovirus yang dikembangkan oleh Gamaleya Institute telah selesai.
Sesuai laporan, Menteri Kesehatan, Mikhail Murashko, telah membuat pernyataan untuk memulai vaksinasi ekstensif pada Oktober, di mana pernyataan tersebut telah menimbulkan keraguan dari para ahli di seluruh dunia.