Orang dengan Fetishme Belum Tentu Gangguan Jiwa, Ini Penjelasannya

Ilustrasi wanita menangis.
Sumber :
  • Pexels/Juan Pablo Arenas

VIVA – Belakangan ini marak informasi terkait dengan fetish di media sosial. Tidak sedikit dari masyarakat yang bertanya-tanya apa sebenarnya makna dari fetish itu sendiri dan dampaknya.

Dokter Boyke Ungkap Fetish Seks dengan Mayat hingga Penyebabnya

Menurut Spesialis Kedokteran Jiwa di Primaya Hospital Bekasi Barat, dr. Alvina, Sp.KJ, fetish adalah objek yang tidak hidup. Sedangkan, Fetishme adalah fantasi, dorongan, atau perilaku seksual  yang menggunakan objek tidak hidup sebagai metode untuk membuat seseorang terangsang secara seksual.

Baca Juga: Ramai Fetish di Twitter, Apa Itu?

Dokter Boyke Ungkap Ada Fetish Nyleneh, Terangsang Jika Cium Popok Bayi

“Seseorang dengan fetishme akan berfantasi seksual atau melakukan perilaku seksual, misalnya masturbasi dengan menggunakan benda yang tidak hidup sebagai objek untuk menimbulkan rangsangan seksual,” ujar dia dalam keterangannya, Jumat, 31 Juli 2020. 

Dia juga menjelaskan bahwa seseorang dengan fetishme belum tentu mengalami gangguan jiwa. Asalkan kata dia, selama orang tersebut tidak menimbulkan di stres dan tidak menimbulkan gangguan fungsi. 

Fetish Gila Bintang Porno, Suka Sayat Tubuh Hingga Minum Darah Kekasih Saat Bercinta

Baca Juga: Viral Kasus Bungkus Membungkus di Twitter, Ada Apa?

“Fetishme sendiri belum tentu gangguan sepanjang tidak menimbulkan distres dan tidak menimbulkan gangguan fungsi. Untuk memenuhi kriteria gangguan jiwa, seseorang dengan fetishisme harus mengalami distres yang bermakna dan gangguan fungsi seperti merasa terganggu atau menderita dengan kondisinya. Saat menjadi gangguan, diagnosisnya menjadi gangguan Fetihistik,” jelas dia. 

Dia memaparkan, untuk memenuhi kriteria diagnosis gangguan fetihistik, seseorang harus memiliki fantasi, dorongan, atau perilaku seksual yang intens dan berulang yang melibatkan objek tidak hidup atau bagian dari tubuh manusia non-genital

Fantasi, dorongan, atau perilaku ini berlangsung sekurangnya 6 bulan dan menyebabkan distres atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan personal.

“Saat fetishme sudah menimbulkan distres dan gangguan fungsi, tentu gangguan fetihistik bisa menimbulkan dampak buruk bagi seseorang dengan fetishisme. Misalnya, orang tersebut jadi menarik diri dari lingkungan sosialnya karena gangguan fungsi sosial atau tidak bisa bekerja karena gangguan fetihistik-nya,” ujar  Alvina. 

Bahaya akan timbul bagi masyarakat sekitar bila terjadi tindakan yang melanggar hak-hak orang lain dalam rangka mencari objek fetish seperti seseorang mencuri pakaian dalam dan menimbulkan rasa tidak aman bagi lingkungan.

Selain itu, bahaya juga dampak timbul seperti saat anak terpapar dengan penyimpangan seksual yang berpotensi menimbulkan perilaku imitasi sehingga anak lainnya kelak juga mengalami penyimpangan seksual.

Alvina menambahkan bahwa dari kriteria diagnosisnya, objek tidak hidup seseorang dengan fetishme tidak termasuk bagian pakaian yang digunakan untuk cross dressing dan bukan alat yang memang di desain untuk memberikan stimulasi genital seperti vibrator.

Fetishme bisa disertai dengan gangguan mental lainnya, misalnya orang tersebut juga memiliki gangguan mood seperti gangguan depresi, gangguan cemas, atau gangguan psikotik.

“Jika ditanya apakah seorang dengan fetishme sendiri mengancam keselamatan atau kejiwaan orang lain, maka kita harus kembali lagi bahwa gangguan fetishistik sendiri melibatkan objek yang tidak hidup dan biasanya ada rasa inadekuat maka konfrontasi secara langsung jarang dilakukan,” ujarnya. 

Fetishme mungkin bisa terjadi saat anak menjadi korban atau anak melihat perilaku seksual yang menyimpang. Ada teori lain yang mengatakan bahwa seseorang mungkin mengalami kurangnya kontak seksual sehingga mencari pemuasan dengan cara yang lain.

Terdapat pula teori lainnya yang mengatakan bahwa terjadi keraguan tentang maskulinitas pada laki-laki yang mengalami fetishme atau ada rasa takut adanya penolakan yang terjadi, sehingga ia menggunakan objek yang tidak hidup untuk memberinya kepuasan seksual. 

“Secara umum, penyimpangan seksual lebih banyak dialami laki-laki daripada perempuan dan terdapat teori yang mengatakan bahwa fetishme berkembang sejak masa kanak-kanan namun ada pula yang mengatakan onset-nya adalah saat masa pubertas,” jelas dia.

Untuk melakukan penyembuhan, gangguan fetihistik bisa diterapi dengan berbagai modalitas psikoterapi baik individual maupun kelompok serta dapat dilakukan pemberian terapi obat-obatan dan hormon.

“Untuk menghindari gangguan fetish, hendaknya masyarakat menciptakan lingkungan yang ramah anak, peduli pada kesehatan anak baik secara fisik maupun mental, dan bersikap melindungi anak dari paparan kekerasan baik kekerasan fisik, mental, maupun seksual,” kata Alvina. 

Ilustrasi kelamin pria.

Dokter Boyke Ungkap Ada Pria Punya Festish Aneh, Bergairah Saat Lihat Biawak

Berbicara mengenai fetish, seksolog kenamaan dr. Boyke kembali mengenang saat dirinya dan Praz Teguh membawakan podcast dalam sebuah festival musik.

img_title
VIVA.co.id
8 November 2024