Jangan Cuma Ibu, Ayah Juga Wajib Kontrol Tumbuh Kembang Anak

Ilustrasi ayah dan anak.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Tumbuh kembang anak pun harus jadi perhatian khusus orang tua. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2019, sebesar 27,67 persen anak Indonesia yang mengalami stunting di masa pertumbuhannya.

Inovasi dan Adaptasi Teknologi Informasi Penting Bagi Program PKK

Prevalensi itu sebenarnya menurun di mana berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 kasus stunting sebesar 30, 8 persen. Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar prevalensi stunting pada suatu negara adalah di bawah 20 persen.

Stunting sendiri merupakan proses terhambatnya tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun kecerdasannya. Hal ini sangat dipengaruhi di 1000 hari pertama kehidupannya, sejak di dalam kandungan hingga usia 2 tahun.

Empowering Communities and Technology to End Stunting in Indonesia

Baca Juga: #TanyaDokter: Benarkah Gatal di Kulit Disebabkan oleh Stres?

Tak hanya itu, pola asuh ternyata berperan cukup besar selama masa tumbuh kembang si kecil. Terlebih, peran ayah seringkali tak disadari memiliki pengaruh yang kuat pada kasus stunting anak.

Kunjungan ke Jayawijaya, Wamendagri Ribka Ingatkan Bahaya Stunting bagi Anak-Anak

"Dengan makan bersama dan memantau tumbuh kembang anak dari tinggi badan dan berat badannya, itu dipengaruhi kontrol dari ayahnya," ujar Ahli Gizi, Rita Ramayulis, dalam Talkshow Virtual bersama Toronto Foundation, Rabu 29 Juli 2020.

Rita mengatakan, pola asuh yang diterapkan sejak dulu hingga kini cenderung menyerahkan semua urusan anak pada ibu. Padahal, ayah dan ibu harus saling membantu khususnya dalam memantau proses kecerdasan anak.

"Kadang hanya ibu saja yang kontrol tumbuh kembang anak. Tugas ibu kan banyak di rumah, menyusui juga, hamil juga. Karena ayah jarang bersama anak, membuat kontrol tumbuh kembang anak loose (hilang)," kata Rita.

Lebih lanjut, Rita menyarankan agar momen makan bersama keluarga bisa sambil memantau gizi masing-masing anggota keluarga, khususnya anak yang masih di tahap pertumbuhan. Dengan begitu, stunting bisa dicegah seraya mempererat komunikasi antar anggota keluarga.

"Keluarga sadar gizi yaitu setiap anggota tahu bahwa butuh gizi yang berbeda. Makanya dengan ada komunikasi, tiap anggota tahu kebutuhan gizi anggota lain. Maka risiko stunting pada anak bisa dikenali lebih dini," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya