Uji Klinis Vaksin Corona Bio Farma, PMI Gandeng Relawan

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Shutterstock / University of Oxford

VIVA – Pemerintah melalui Bio Farma umumkan akan melakukan uji klinis fase III terhadap vaksin COVID-19, yang berasal dari produksi Sinovac Biotech asal China. Diperkirakan uji klinis akan selesai awal tahun 2021 dan jika berhasil segera di produksi masal pada kuartal I 2021.

BP2MI Jadi Kementerian Penempatan Migran di Era Prabowo, Wamenaker Beberkan Tujuannya

Saat ini sebanyak 2.400 vaksin Sinovac telah diterima oleh pemerintah. Vaksin Made in China ini sedang dipersiapkan untuk tahapan uji klinis. Kabar baiknya, per Agustus 2020, vaksin Sinovac diuji coba ke manusia. Sebanyak 1.620 relawan bakal terlibat dalam tahapan uji klinis ini.

Palang Merah Indonesia (PMI) menyambut baik kehadiran vaksin Sinovac meski baru permulaan saja. Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said mengatakan PMI tidak terlibat dalam uji klinis vaksin Sinovac. Namun apabila ditugaskan untuk menjadi bagian uji klinis maka PMI langsung sigap.

Dibuka Melemah, IHSG Diproyeksi Bergerak Sideways Terdorong Hal Ini

"Kami tidak ikut dalan proses teknis dan scientific semacam itu. Bila kami ditugasi untuk menjadi bagian dari uji klinis, misalnya menyiapkan relawan untuk uji coba, kami akan lakukan yang terbaik," terangnya, dikutip dari siaran pers PMI, Senin 27 Juli 2020.

Baca juga: Ternyata, Klub Favorit Ahmad Dhani Bukan Persebaya Surabaya

PMI Manufaktur RI September 2024 Masih Lesu, Menperin: Perlu Regulasi Tepat Bebagai Kementerian

Diungkapkan Sudirman, PMI juga telah berpartisipasi dalam pengembangan vaksin dan obat COVID-19. Pembahasan vaksin tersebut sudah pernah dilakukan melalui diskusi dalam forum-forum kepalangmerahan internasional.

"Kita lakukan untuk membahas perkembangan vaksin dan obat. Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional siap menjadi mitra orotoritas dalam pengembangan vaksin dan obat," tambahnya.

Diingatkan Sudirman, adanya uji klinis vaksin Sinovac ini tidak lantas membuat masyarakat lengah dengan pencegahan COVID-19 dengan protokol kesehatan. Mengingat semakin hari jumlah penularan COVID-19 makin bertambah. Virus corona, tegas Sudirman, menular melalui interaksi antar manusia

"Sepanjang obat dan vaksin belum ditemukan dan dilakukan intervensi pencegahan maupun pengobatan, cara terbaik adalah menghindari risiko. Kalau mau mengerem laju penularan, kebijakan yang diambil otoritas harus mengarah pada meminimalkan kontak," kata Sudirman.

Sementara itu, menurut Pakar Epidemiologi Pandu Riono, uji klinis vaksin sangat membutuhkan proses panjang. Uji klinis vaksin pada umumnya bisa berlangsung antara 6-12 bulan.

"Uji klinis ini tujuannya mencari efek kemampuan melindungi penduduk yang terinfeksi. Kita lagi mencari vaksin yang efektif dan aman, jadi masih panjang," terangnya.

Untuk itu, Pandu mengingatkan agar masyarakat tidak lengah dengan penularan COVID-19. Menurutnya, di masa PSBB transisi ini kasus COVID-19 tambah meningkat, tapi kepedulian masyarakat menurun jauh.

"Makanya masyarakat diajak kenapa harus pakai masker. Kondisi Indonesia sekarang tidak normal banyak infeksi, banyak OTG berkeliaran di mana-mana, makanya harus pakai masker dan terapkan protokol kesehatan ketat," jelasnya. (day)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya