Kasus Corona di Indonesia Lampaui China, Ini Tanggapan Dirjen P2P
- Pixabay
VIVA – Kasus konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia kembali bertambah. Tercatat ada penambahan kasus sebanyak 1.868 kasus sehingga total kasus konfirmasi positif COVID-19 di tanah air hingga Sabtu 25 Juli 2020 mencapai 97.286 kasus.
Angka kasus konfirmasi positif di Indonesia sendiri diketahui telah melampaui China yang merupakan negara asal dari kasus COVID-19 ini berasal. Hingga Sabtu ini, kasus positif di China tercatat ada sebanyak 83.784 kasus. Terkait dengan angka kasus positif COVID-19 di Indonesia yang sudah mengalahkan China, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto angkat bicara.
"Ini penyakit yang tidak perlu pakai balapan ya nanti sakit lho. Jadi kita melihat ini kasus penyakit menular faktor pembawa penyakitnya orang kemungkinan kontaknya kemudian penularan kontak gambaran jumlah kasus yang banyak adalah gambaran dari aktivitas orangnya," kata Yuri dalam webinar No Sleep For Weekend, Sabtu 25 Juli 2020.
Baca Juga: 3 Kesalahan Saat Tidur, Gaya Seks, Hingga Bahaya Thermo Gun
Yuri lebih lanjut menjelaskan salah satu pelajaran dari China untuk menekan penyebaran kasus corona adalah dengan langsung mengunci Wuhan yang merupakan sumber atau asal mula virus ini berada.
"Di China berapun angkanya mereka berhasil menekan karena total lockdwon sehingga bisa rem. Kita tidak bisa terapkan itu, kita menerapkan PSBB. Tujuannya untuk kurangi penyebaran, artinya masyarakat sebenarnya harus aktif harus menjadi subjek dari upaya ini jadi mereka pakai masker itu bukan karena takut didenda tapi takut semakin meluas penyebarannya," kata Yuri.
Baca Juga: Daftar Lengkap Peraih Penghargaan Indonesian Movie Actors Awards 2020
Yuri menekankan untuk masyarakat, terutama untuk kaum muda, untuk merubah cara hidup dan gaya hidupnya. Sebab, hingga saat ini belum ada vaksin atau obat yang dapat mencegah penularan COVID-19.
"Satu-satunya cara adalah mengubah cara hidup kita dirubah dari yang seperti biasanya menjadi tidak biasa untuk hidup bersih dan sehat. Dari data jelas mengatakan bahwa jumlah yang terkonfirmasi positif itu sebagian besar adalah anak-anak muda sebagian besar adalah anak-anak muda yang memang memiliki aktivitas yang tinggi aktivitas sosial yang tinggi yang memungkinkan mobilitasnya tinggi dan memungkinkan ketemu banyak orang," kata Yuri.
Yuri menambahkan, meski anak muda adalah yang paling banyak terpapar virus COVID-19, namun angka meninggal yang paling banyak justru di usia 50 tahun ke atas. “Mereka yang sakitnya mungkin ya di samping karena aktivitas dia sendiri juga mungkin ketularan yang muda yang sehat. Di sinilah peran anak-anak muda di dalam kaitan perilaku yang mengadaptasi kebiasaan ini menjadi penting," kata dia.