Psikosomatis, Kondisi Mental Bikin Orang Merasa Alami Gejala COVID-19

Cemas
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Di tengah situasi pandemi COVID-19 seperti saat ini kecemasan berlebihan mudah saja menghampiri hidup kita. Akibatnya, kita seolah-olah mengalami gejala infeksi persis seperti yang dialami para pasien yang telah dinyatakan positif atau dalam istilah medis disebut dengan psikosomatis.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Psikolog Yayasan Pulih, Aenea Marella menjelaskan, psikosomatis adalah keadaan ketika seseorang mengeluhkan seolah merasakan gejala fisik, namun ketika dicek secara medis sebetulnya penyebabnya tidak diketahui.

Baca juga: Virus Corona Lebih Banyak Menular di Dalam Rumah

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

"Lebih faktor mental atau psikis yang menyebabkan gejala fisik tertentu," kata dia dalam acara Online Conference, Sabtu 25 Juli 2020.

Aenea menyebut beberapa ciri-ciri yang perlu diperhatikan oleh masyarakat jika mereka memang terkena psikosomatis. Umumnya, mereka yang mengalami psikomatis akan merasakan sejumlah gejala seperti COVID-19 terutama ketika mereka usai membaca informasi terkait COVID-19.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

"Kita harus memahami bahwa psikosomatis ini sebagai respons terhadap kecemasan. Situasi yang tidak pasti seperti ini pasti menimbulkan ambiguitas, ada persepsi ancaman bagi tiap orang, sehingga timbul kecemasan ketika setelah membaca berita dia merasakan batuk-batuk atau gejala COVID-19 kemudian diperiksa ke dokter namun hasil medisnya baik-baik saja itu psikosomatis atau gejala palsu," kata dia.

Aenea menjelaskan lebih lanjut, untuk menangani gejala psikosomatis ini masayarakat bisa menenangkan diri, membatasi paparan informasi jika dirasa mereka menjadi stres ketika membaca informasi terkait dengan COVID-19.

Baca juga: Pakar Klaim Vitamin D Efektif Cegah Gejala Parah COVID-19

"Berusaha menenangkan diri sendiri dulu, kalau sesak napas coba berhenti sebentar atur na[as, ambil minum, ambil jarak dari sumber berita. Kalau ternyata setelah menenangkan diri berhasil berarti itu gejala psikosomatis," kata dia.

Aenea juga menjelaskan masyarakat juga bisa melakukan latihan napas atau relaksasi secara mandiri sehari dua kali pada malam dan pagi hari agar dapat membantu pemikikiran lebih jernih lagi. Selain itu, dia juga menyarankan untuk bisa terpapar sinar matahari, sebab sinar matahari kata dia menjadi mood booster yang bagus bagi seseorang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya