Ilmuwan China Akui Pemerintahnya Tutupi Isu Virus Corona Sejak Awal

Ilustrasi virus corona.
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Seorang ilmuwan China yang menjadi whistleblower kasus virus corona membuat pernyataan bahwa banyak nyawa seharusnya bisa terselamatkan jika pemerintahnya tidak menutupi apa yang dikerjakannya pada virus corona.

Ahli virologi bernama Li Meng Yan, yang berbasis di Hong Kong School of Public Health, berbicara mengenai Beijing yang menutup wabah saat dia bersembunyi di Amerika Serikat (AS).

Baca juga: 4 Fakta Vaksin COVID-19 Rusia yang Paling Pertama Diuji ke Manusia

Pemerintah China sudah lama dituduh mencoba membungkam siapapun yang ingin membuat peringatan sebelum virus itu menjadi pandemi awal tahun ini. Virus yang berawal di Wuhan itu kini sudah membunuh lebih dari 500 ribu nyawa di seluruh dunia hingga Senin lalu.

Dilansir laman Mirror, Yan ingin membongkar pemerintah China dengan mengatakan kalau mereka tahu mengenai virus corona novel sebelum secara publik mengakui ada wabah.

"Kami tidak punya banyak waktu. Ini pandemi yang besar yang kami lihat di dunia. Ini lebih dari yang kami ketahui dalam sejarah manusia. Jadi, waktu menjadi sangat, sangat penting. Jika kita bisa menghentikannya secara dini, kita bisa menyelamatkan banyak nyawa," ujar Yan kepada jurnalis Bill Hemmer.

Dia mengatakan takut nyawanya terancam jika mengungkap ini ketika berada di China, jadi dia lari ke AS di mana saat ini dia sedang bersembunyi di lokasi rahasia.

"Alasan aku datang ke AS adalah karena aku menyampaikan pesan dari kebenaran Covid. Jika aku mengatakannya di Hong Kong, saat aku mulai berbicara, aku akan hilang dan dibunuh," katanya kepada Fox News.

Lekas Pulih dari COVID-19, Indonesia Sukses Lalui Pandemi Mencekam

Baca juga: 60 Detik di Lift, Wanita Ini Tularkan Virus Corona pada Puluhan Orang

Yan mengatakan dia adalah salah satu dari sejumlah ilmuwan pertama yang diminta untuk menginvestigasi kasus kecil virus mirip SARS baru di Wuhan pada 31 Desember tahun lalu. Dia mengklaim bahwa Partai Komunis China dan staf senior universitas menyensor bukti bahwa COVID-19 bisa tertular antar manusia pada awal Desember lalu.

INFOGRAFIK: PBB Puji Keberhasilan Indonesia Atasi Covid-19

"Pemerintah China menolak memanggil para ahli dari luar negeri, bahkan termasuk ahli dari Hong Kong untuk melakukan riset di China. Jadi, aku menghubungi teman-temanku untuk mendapat lebih banyak informasi," ungkapnya lagi.

'Mainan' di Rutan KPK, Cabup Pekalongan Dilempar Tongkat dan Asal-usul COVID-19

Dia mengatakan sudah menghubungi beberapa kontak, termasuk satu yang bekerja di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, dan mengatakan kepada mereka mengenai virus yang tak dikenal.

Yan juga memberi tahu mereka dia sudah mengidentifikasi beberapa anggota dari keluarga yangsama yang terkena virus tersebut. Itu menjadi indikasi kala ada penularan antar manusia.

Dia juga mengatakan bahwa jumlah kasus yang diperkirakan bisa meningkat cepat tapi ketika dia membawa temuannya kepada bosnya, dia diminta untuk tetap diam dan berhati-hati.

"Dia memperingatkanku...'Jangan menyentuh garis merah. Kita akan bermasalah dan akan hilang'," ujarnya.

Yan yakin kalau informasi penting itu bisa menyelamatkan banyak nyawa saat pemerintah China menolak para ahli dari luar negeri, termasuk para ahli dari Hong Kong, untuk melakukan riset di China.

Baca juga: WHO Sebut Pandemi Virus Corona Tak Terkendali

"Aku harus bersembunyi karena aku tahu bagaimana mereka memperlakukan para pelapor, dan sebagai pelapor di sini aku ingin mengatakan kebenaran tentang COVID-19 and asal virus SARS-2 Covid," kata dia.

Dia menambahkan kalau dia merekam komunikasi dengan ilmuwan lainnya di China, dan dia mengakui takut nyawanya hilang.

Sudah banyak klaim yang menyatakan kalau para dokter di China ditahan oleh pemerintah karena berbicara mengenai apa yang sudah mereka saksikan melalui media sosial. Para jurnalis diduga ditekan dan peralatan mereka disita setelah mencoba membuat laporan mengenai isu tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya