Virus Corona Menyebar Lewat Udara, WHO Rilis Pedoman Baru

Ilustrasi virus corona.
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Usai adanya penemuan bukti bahwa COVID-19 bisa menular melalui udara (airbone transmission). Kamis kemarin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pedoman baru tentang penularan virus corona baru. 

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Dalam panduan terbarunya, WHO mengakui bahwa beberapa laporan menyebut bahwa adanya kemungkinan transmisi aerosol terutama ketika berada di ruangan yang penuh orang seperti saat latihan paduan suara, di restoran atau di kelas kebugaran. Meski begitu, WHO mengatakan masih dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menyelidiki kejadian seperti itu dan menilai signifikansinya untuk penularan COVID-19.

Berdasarkan tinjauan terhadap bukti saat ini, WHO mengatakan novel coronavirus yang menyebabkan COVID-19 menyebar di antara orang melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi atau kontak dekat dengan orang yang terinfeksi yang menyebarkan virus melalui air liur, sekresi pernapasan atau droplet yang dikeluarkan ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Baca Juga: Bebaskan Warga Demo Anti Rasisme, Wali Kota NY Batalkan Acara Besar

Laporan ini mengikuti surat terbuka dari para ahli aerobiologi yang mendesak badan kesehatan dunia untuk memperbarui panduannya tentang bagaimana penyakit ini menyebar termasuk transmisi aerosol.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

“Ini adalah langkah ke arah yang benar, meskipun kecil. Menjadi jelas bahwa pandemi didorong oleh peristiwa penyebaran super, dan bahwa penjelasan terbaik dari banyak peristiwa tersebut adalah transmisi aerosol,” kata seorang Ahli Kimia di University of Colorado yang menandatangani surat tersebut, yang diterbitkan pada  Senin di jurnal Clinical Infectious Diseases, Jose Jimenez yang dikutip dari laman Asiaone. 

Seberapa sering virus corona menyebar melalui jalur udara atau aerosol (berbeda dengan tetesan yang lebih besar pada batuk dan bersin) masih tidak jelas. Dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, Dr Anthony Fauci, mengatakan belum ada banyak bukti kuat tentang transmisi Sars-CoV-2 melalui udara. "Saya pikir itu  asumsi yang masuk akal bahwa itu memang terjadi," kata dia. 

Meskipun tidak lengkap, Fauci mengatakan bukti sejauh ini adalah dasar mengapa sekarang membuat orang terutama orang tanpa gejala banyak yang menggunakan masker. Untuk dapat melihat apakah kita dapat mengurangi itu.

Hanya sejumlah kecil penyakit yang diyakini menyebar melalui aerosol, atau partikel mengambang kecil.  Ini termasuk campak dan tuberkulosis, dua penyakit yang sangat menular yang memerlukan tindakan pencegahan ekstrem untuk mencegah pajanan.

Pedoman WHO mengakui bahwa penularan novel coronavirus melalui udara dapat terjadi selama prosedur medis spesifik yang menghasilkan aerosol, seperti ketika melakukan intubasi.

Dalam keadaan ini, mereka menyarankan pekerja medis melakukan prosedur seperti itu (intubasi) untuk mengenakan masker N95 dan peralatan pelindung lainnya di ruang berventilasi memadai. Setiap perubahan dalam penilaian WHO terhadap risiko penularan dapat memengaruhi sarannya saat ini untuk menjaga jarak satu meter (3,3 kaki). Pemerintah, yang juga bergantung pada agen untuk bimbingan, mungkin juga harus menyesuaikan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mencegah penyebaran virus.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya