5 Hal Perlu Kamu Tahu Mengenai Penularan COVID-19 Melalui Udara

Warga melintas di dekat mural bergambar tenaga medis dan Virus Corona di Bantul (foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Ratusan ilmuan menemukan bukti bahwa COVID-19 bisa menular melalui udara (airbone transmission) dan telah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski WHO masih butuh observasi lebih lanjut, pakar menyebut akan ada berbagai perubahan dalam upaya pencegahan.

Lalu apa itu transmisi udara atau airbone? Berikut ini lima hal yang perlu diketahui mengenai airbone transmissin COVID-19 seperti dilansir dari laman Aljazeera.

1. Apa itu transmisi udara?

Sebelumnya, WHO telah mengatakan virus corona baru menyebar melalui droplet (tetesan kecil) yang keluar dari mulut dan hidung yang jatuh dari udara dalam waktu singkat.

Tetapi beberapa ilmuwan dan peneliti menunjukkan bukti bahwa virus juga dapat ditularkan melalui droplet yang lebih kecil yang disebut aerosol. Biasanya, droplet ini dihasilkan ketika orang-orang berteriak dan bernyanyi, ini tetap menggantung di udara lebih lama dan dapat menyebar lebih jauh.

2. Apa bedanya?

Droplet transmission yang dikeluarkan seseorang melalui bersin atau batuk berukuran lebih besar (diameter lima hingga 10 mikrometer) dan memiliki rentang paparan antara satu hingga dua meter.

Sedangkan aerosol berukuran kurang dari lima mikrometer dengan diameter dan memiliki rentang paparan lebih dari dua meter dari individu yang terinfeksi.

Cara Mengelola Keuangan Setelah Kuliah: 7 Langkah Jitu Menuju Stabilitas Finansial!

"Coronavirus baru dapat bertahan hidup di tetesan dan aerosol hingga tiga jam di bawah kondisi eksperimental, meskipun ini tergantung pada suhu dan kelembaban, sinar ultraviolet dan bahkan keberadaan jenis partikel lain di udara," kata seorang konsultan medis ahli mikrobiologi di Inggris, Stephanie Dancer kepada Al Jazeera.

Lebih lanjut Dancer menjelaskan bahwa aerosol mikroskopis dapat menyebar setidaknya enam meter di lingkungan dalam ruangan, atau mungkin lebih jauh lagi jika arus udara dinamis beroperasi. Selain itu, jaraknya tergantung pada seberapa besar aerosol tersebut.

Lekas Pulih dari COVID-19, Indonesia Sukses Lalui Pandemi Mencekam

Baca Juga: Hati-hati, Ternyata Dompet di Kantong Bisa Bikin Encok

3. Bagaimana COVID-19 menyebar di udara?

INFOGRAFIK: PBB Puji Keberhasilan Indonesia Atasi Covid-19

Seperti droplet transmission, aerosol dapat dilepaskan dalam beberapa cara termasuk ketika bernapas, berbicara, tertawa, bersin, batuk, bernyanyi dan berteriak. "Bernafas tidak terlalu berdampak signifikan, tetapi berteriak, bernyanyi, batuk dan bersin, akan berbeda," kata Dancer.

Dia melanjutkan, bahkan jika satu partikel seseorang tidak mengandung virus yang cukup untuk menyebabkan infeksi, jika seseorang terus menghirup partikel-partikel ini dari waktu ke waktu, seseorang akan terpapar cukup banyak di mulut, hidung dan saluran pernapasan dan memungkinkan memulai terjadinya infeksi. Penularan melalui udara juga dapat terjadi dalam prosedur medis tertentu yang melibatkan pasien yang menghasilkan aerosol, sehingga menempatkan petugas kesehatan pada risiko.

"Coronavirus dapat disebarkan dengan aerosol dalam keadaan khusus jika menggunakan nebuliser, bronkoskopi, intubasi, gigi dan prosedur oral lainnya menggunakan penyedotan dan bilas," kata Presiden Asosiasi Dokter Keturunan Pakistan di Amerika Utara (APPNA), Naheed Usmani.

"Ini sangat berbahaya bagi petugas kesehatan yang seharusnya hanya mencoba prosedur ini dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) yang tepat, termasuk masker N95," katanya kepada Al Jazeera.

4. Apakah airborne COVID-19 tidak menular?

Sejauh mana coronavirus dapat disebarkan melalui aerosol masih diperdebatkan. Sementara WHO telah lama menyatakan bahwa sumber utama infeksi adalah melalui droplet transmission. Naheed mengakui ada "bukti yang muncul" dari penularan melalui udara.

"Kemungkinan penularan melalui udara di area publik terutama dalam kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup, pengaturan ventilasi yang buruk," kata pimpinan teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, Benedetta Allegranzi mengatakan dalam sebuah briefing berita minggu ini.

Penemuan ini terjadi setelah 239 ilmuwan dari 32 negara dan berbagai bidang membuat surat terbuka bahwa ada risiko nyata penularan melalui udara, terutama di lingkungan dalam ruangan, tertutup dan ramai tanpa ventilasi yang tepat. Dancer, yang merupakan salah satu yang menandatangani surat itu, mengatakan ada risiko yang lebih rendah untuk tertular.

Jose-Luis Jimenez, seorang ahli kimia di University of Colorado, juga mengatakan kepada Al Jazeera bahwa "virus kehilangan infektivitas selama satu jam atau lebih di dalam ruangan".

5. Lalu bagaimana Anda bisa melindungi diri sendiri?

Mengenakan masker dengan benar dan menjaga jarak fisik dianjurkan setiap saat. Para ahli juga merekomendasikan untuk menghindari tempat-tempat ramai, terutama transportasi umum dan tempat umum.

Di ruang tertutup seperti sekolah, kantor dan rumah sakit, dianjurkan meningkatkan pengaturan ventilasi yang baik dengan membuka jendela juga dapat mengurangi risiko infeksi, kata Jimenez.

"Untuk ruang di mana ventilasi tidak memungkinkan, kami merekomendasikan pembersih udara filter udara efisiensi tinggi (HEPA) portabel atau lampu kuman ultraviolet (UV) pada kebutuhan kelas atas. Kami tidak merekomendasikan jenis pembersih udara lainnya," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya