Fakta Selaput Dara Tanda Keperawanan dan Bisa Longgar
- unsplash
VIVA – Vagina adalah bagian tubuh yang menarik untuk diteliti mulai dari bentuk, fungsi, hingga aromanya yang khas. Meski anatominya mudah dipahami, namun tak semua paham mengenai fungsi kerja tiap organnya termasuk soal selaput dara terkait keperawanan.
Dari waktu ke waktu, selaput dara atau hymen dianggap sebagai lapisan tipis yang krusial lantaran dianggap sebagai bentuk keperawanan. Padahal, selaput dara tak melulu harus dikaitkan dengan keperawanan. Artinya, selaput dara bukanlah indikator keperawanan para wanita.
Dikutip dari laman Glamour, tertulis jelas bahwa selaput dara bukanlah indikator "keperawanan." Perlu dipahami, selaput dara merupakan lipatan tipis selaput lendir di sekitar lubang vagina. Selaput ini telah lama dianggap sebagai tanda kemurnian atau keperawanan seorang gadis.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak ada tes, termasuk keberadaan selaput dara yang utuh, yang dapat menunjukkan apakah seorang wanita telah melakukan hubungan seks. Selaput dara dapat 'pecah' dengan berbagai cara seperti mengendarai sepeda atau berolahraga. Dan ketika itu terjadi, itu adalah hal yang normal.
Mitos lainnya yang sering dikaitkan dengan organ intim wanita yaitu perubahan bentuk dan ukurannya setelah berhubungan seks. Vagina rata-rata panjangnya sekitar tiga hingga empat inci. Tetapi, ukurannya bisa berubah ketika sedang bergairah di mana vagina menjadi lebih 'longgar'.
Rahim yang tertarik ke atas akan mengubah posisi serviks sehingga membuat ukuran vagina lebih panjang. Sehingga, ini adalah cara saat penis bisa dengan mudah melakukan penetrasi ke dalam vagina.
Dengan begitu, hubungan seks akan terasa tak menyakitkan dan lebih rileks. Tetapi, perubahan ukuran hanya terjadi di area luar sehingga bagian vagina di dalam tak berubah sedikitpun. Usai penetrasi selesai, vagina akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.