Diteliti Lagi, Golongan Darah A Rentan Tertular COVID-19
- U-Report
VIVA – Analisis genetik pasien COVID-19 menunjukkan bahwa golongan darah memiliki pengaruh akan keparahan gejalanya. Para ilmuwan mengklaim bahwa golongan darah A cenderung lebih rentan terhadap keparahan para penyakit menular itu.
Para ilmuwan membandingkan gen dari ribuan pasien di Eropa dan menemukan bahwa mereka yang memiliki darah tipe A lebih cenderung memiliki penyakit parah sedangkan mereka yang memiliki tipe O lebih kecil kemungkinannya mengalami gejala lebih parah. Hal itu tercantum dalam Journal of MedicineÂ
"Sebagian besar dari kita mengabaikannya karena dianggap hanya penelitian yang kecil. Sekarang saya percaya, itu bisa sangat penting," ujar spesialis darah di Medical College of Wisconsin, Dr. Parameswar Hari.
Dikutip dari laman CBS, Penelitian tersebut melibatkan para ilmuwan di Italia, Spanyol, Denmark, Jerman dan negara-negara Eropa lain dengan membandingkan pasien COVID berbagai gejala dan orang sehat. Sekitar 2.000 pasien COVID-19 gejala parah dengan ribuan orang lain yang sehat atau yang hanya memiliki gejala ringan atau tanpa gejala diobservasi.
"Ada empat jenis darah utama adalah A, B, AB dan O dan itu ditentukan oleh protein pada permukaan sel darah merah Anda," tutu kepala ilmiah di Pusat Penelitian Transplantasi Darah dan Sumsum Internasional, Dr. Mary Horowitz.
Lebih lanjut, orang dengan Tipe O lebih mampu mengenali protein tertentu sebagai benda asing, dan itu mungkin mendetail pada protein di permukaan virus. Hal ini yang mungkin, kata Hari, membuat golongan darah O lebih kecil kemungkinan idap gejala lebih parah.
"Selama wabah SARS-CoV-2, tercatat bahwa orang dengan golongan darah O lebih kecil kemungkinannya untuk menderita penyakit parah," ujar dia.
Senada, golongan darah juga telah dikaitkan dengan kerentanan terhadap beberapa penyakit menular lainnya, termasuk kolera, infeksi saluran kemih berulang dari E. coli, dan serangga bernama H.pylori yang dapat menyebabkan bisul dan kanker perut.Â
"Ini adalah studi provokatif. Menurut saya layak diterbitkan dan dipublikasikan tetapi itu perlu verifikasi pada lebih banyak pasien," ujar direktur Institut Kedokteran Genetik di Universitas Johns Hopkins, Dr. David Valle