Dexamethasone, Obat Dewa Bagai Pisau Bermata Dua
- Freepik/topntp26
VIVA – Saat ini obat dexamethasone menjadi buah bibir usai disetujui sebagai obat penyelamat bagi pasien Covid-19 dengan gejala berat. Informasi seputar riset dexamethasone berasal dari laporan peneliti di Universitas Oxford Inggris.
Riset ini belum dipublikasi di jurnal kedokteran tetapi informasi awal efektifitas obat ini sudah dipublikasi. Melihat hasil penelitian ini yang memang akan segera di publikasi melalui jurnal kedokteran, dexamethasone menjadi obat pertama yang dapat memperbaiki survival pasien.
Penelitian ini dilakukan pada 2104 pasien yang mendapat dexamethasone 6 mg/hari baik secara oral atau intravena selama 10 hari dan dibandingkan dengan 4321 pasien yang tidak mendapat tambahan obat dexamethasone.Â
Pada pasien yang tidak mendapatkan dexamethasone, angka kematian tertinggi, terjadi pada pasien yang membutuhkan ventilator sebanyak 41 persen. Sedangkan pasien yang hanya menggunakan oksigen angka kematian hanya 25 persen dan pasien yang tidak membutuhkan intervensi respirasi angka kematian 13 persen.
Pada kelompok pasien yang mendapatkan dexamethasone ternyata terjadi penurunan kematian pada sepertiga kasus yang membutuhkan ventilator, hanya seperlima pada kelompok pasien yang mendapatkan oksigen.
Sedang pada kelompok pasien yang tidak membutuhkan bantuan respirasi pemberian dexamethasone tidak mempengaruhi angka kematian. Jadi, jelas dari hasil penelitian ini bahwa dexamethasone mempunyai efek terapi dengan infeksi yang berat dan sedang dan tidak mempunyai efek pada pasien gejala ringan.Â
"Informasi ini penting diketahui oleh masyarakat kedokteran dan masyarakat umumnya. Untuk kasus yang ringan saja tidak efektif apalagi jika obat ini digunakan untuk pencegahan infeksi covid-19," ujar Dekan FKUI, Prof. dr. Ari F. Syam SpPD., dalam pernyataan resmi, dikutip Kamis 18 Juni 2020.
Di Indonesia, Dexamethasone sendiri merupakan obat murah dan juga tersedia di puskemas. Dexamethasone termasuk golongan steroid. Kerja cepat dari obat ini serta dapat diindikasi pada berbagai pernyakit, maka obat ini sering disebut sebagai obat dewa.
"Obat ini memang sering dijuluki sebagai obat dewa karena efek terapinya yang cepat. Misal ketika seseorang sedang gatal karena alergi baik merah atau bentol pada kulit dan gatal akan hilang dengan cepat. Obat ini digunakan juga sebagai obat radang, antara lain untuk radang sendi dan berbagai bengkak karena peradangan," lanjut Prof Ari.
Bahkan untuk beberapa kanker, kelompok steroid ini juga digunakan untuk kombinasi dengan obat anti kanker sebagai kemoterapi. Obat golongan steroid ini juga digunakan untuk beberapa kelainan darah, asma, alergi pada mata dan THT, penyakit autoimun, karena memang steroid bisa menekan sistim imunitas tubuh kita.Â
"Sebagai obat yang sering disebut sebagai obat dewa karena khasiatnya tadi, obat ini juga mempunyai efek samping yang harus menjadi perhatian baik oleh dokter maupun pasien. Efek samping terutama pada penggunaan jangka panjang," kata dokter spesialis penyakit dalam itu.
Pada penggunaan jangka pendek, pasien bisa merasakan sakit pada lambung, sampai mual dan muntah, sakit kepala, nafsu makan meningkat, sulit tidur dan gelisah serta timbul jerawat pada kulit. Dalam jangka panjang akan menyebabkan terjadi moon face (wajahnya bengkak seperti bulan), peningkatan kadar gula darah, tekanan darah meningkat, tulang keropos (osteoporosis), daya tahan tubuh menjadi turun sehingga rentan terhadap infeksi.
Interaksi obat juga bisa terjadi yang bisa meningkatkan efek samping pada pasien yang sudah mempunyai riwayat sakit maag sebelumnya, kombinasi steroid dengan obat anti radang non steroid. Misal fenilbutazone, asam mefenamat, natrium diklofenak termasuk dengan golongan coxib yang biasa digunakan untuk radang sendi. Kombinasinya dapat menyebabkan komplikasi lambung yang serius seperti pendarahan lambung sampai bisa menyebabkan kebocoran lambung dan usus dua belas jari yang bisa fatal buat pasiennya.
"Masyarakat harus bijak dalam mendengar dan membaca informasi seputar hasil penelitian seputar obat dexamethasone ini, obat ini terbukti efektif untuk mengurangi risiko kematian pada pasien COVID-19, tetapi obat ini mempunyai catatan efek samping yang panjang sehingga harus digunakan sesuai petunjuk dokter," tegasnya.