Imperial College: Vaksin COVID-19 Akan Tersedia di Paruh Pertama 2021

Ilustrasi vaksin virus corona
Sumber :

VIVA – Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Imperial College London disebut akan siap dan tersedia pada paruh pertama 2021, demikian disampaikan para profesor.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Universitas ini sedang mengerjakan satu dari dua tawaran di Inggris untuk mengembangkan vaksin, bersama dengan Jenner Institute dari Oxford University.

Dilansir dari independent, sementara vaksin Oxford telah memasuki tahap akhir dari jalur klinis, para peneliti di Imperial memulai uji coba manusia mereka sendiri pada 15 Juni.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Percobaan lebih lanjut yang melibatkan 6.000 orang direncanakan akan dilakukan Oktober dan jika ini terbukti berhasil, Imperial berharap vaksin itu dapat didistribusikan di Inggris dan luar negeri awal tahun depan.

Profesor Robin Shattock mengatakan vaksin  tidak akan tersedia sebelum Natal tetapi "dalam dua kuartal pertama tahun depan jika semuanya berjalan dengan sangat baik".

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

"Kami telah menghabiskan waktu enam bulan untuk mempercepat vaksin kami ke klinik. Sekarang kami siap untuk memerangi virus melalui uji klinis kami," kata dia.

Profesor Shattock mengatakan bahwa timnya telah berkolaborasi dengan para ilmuwan di Universitas Oxford dalam berbagi data dan hasil.

“Kami sering diadu satu sama lain atau terlihat dalam saling berdebat satu sama lain, tetapi sebenarnya kami berkolaborasi sangat erat, bertukar bahan, dan kedua pendekatan itu mungkin dapat digunakan bersama,” katanya kepada webinar Royal Society of Medicine, Selasa 9 Juni 2020 waktu setempat.

“Kami tidak berusaha saling mengalahkan. Kami berusaha untuk bekerja sama dan membuat vaksin tersedia dalam waktu secepat mungkin."

Diumumkan minggu ini tim Profesor Shattock telah secara khusus mengembangkan vaksin RNA, yang memberikan instruksi genetik ke sel-sel tubuh untuk membuat protein "lonjakan" terlihat di permukaan virus corona.

Kehadiran protein ini memicu respons kekebalan, menawarkan perlindungan terhadap COVID-19. Tidak diperlukan virus untuk membuat batch vaksin RNA, membuatnya lebih aman untuk diproduksi. Hanya sejumlah kecil virus yang digunakan untuk sekuensing gen dan pengujian vaksin.

Ditanya kapan vaksinnya akan siap, Profesor Shattock mengatakan, "Kami berharap tahun depan tetapi tidak ada kepastian (a) bahwa setiap individu vaksin akan bekerja dan (b) bahwa data akan cukup kuat untuk dilisensikan. "Saat ini ada banyak spekulasi dan kami benar-benar perlu berurusan dengan fakta dan data daripada terlalu menjanjikan," tuturnya.

Dia mengatakan vaksin pertama yang muncul tidak akan menawarkan perlindungan penuh tetapi setidaknya dapat mengurangi keparahan penyakit.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya