Studi: Lockdown Saat COVID-19, Ternyata Bikin Tidur Tidak Nyenyak
- Livestrong
VIVA – Wabah pandemi COVId-19 memaksa kita harus berada di rumah, meski berada di rumah banyak orang yang merasa kurang nyenyak tidur.Â
Menurut sebuah studi baru yang dilakukan oleh King's College London dan Ipsos MORI yang dilansir dari independent, setengah dari orang yang disurvei antara 22 dan 24 Mei melaporkan lebih banyak yang terganggu tidurnya, sementara 38 persen orang mengatakan mereka mengalami mimpi yang lebih seperti nyata.
Temuan ini mengikuti beberapa penelitian sebelumnya oleh perusahaan kebugaran yang mengungkapkan bahwa orang tidur lebih lama selama lockdown.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tidur lebih lama, orang mungkin masih merasa kurang istirahat daripada sebelum pandemi virus corona atau COVID-19.
Studi terbaru, yang melibatkan 2.254 orang dewasa Inggris, juga mengungkapkan bahwa sekitar enam dari 10 orang mengalami tidur yang lebih buruk sejak lockdown dimulai pada 23 Maret.
Sementara itu hampir dua pertiga dari publik Inggris melaporkan beberapa dampak negatif pada tidur mereka.
"Hal ini jelas menunjukkan lockdown akibat COVID-19 telah meresahkan bagi sebagian besar dari kita," kata Profesor Bobby Duffy, direktur dari Institut Kebijakan di King's College London.
"Dan ini jelas terkait dengan seberapa menegangkan kita telah menemukan virus itu sendiri, dan seberapa besar kita takut akan dampak dari lockdown pada pekerjaan dan keuangan kita."
Data yang dikumpulkan pada bulan April oleh perusahaan teknologi yang dapat dipakai Withings menunjukkan bahwa orang-orang di Inggris rata-rata tidur selama 15 menit setiap hari selama lockdown.
Sementara di Prancis terjadi peningkatan besar dalam waktu tidur harian, dengan rata-rata orang tidur selama 20 menit ekstra setiap malam.
Temuan ini sebagian dapat dijelaskan oleh orang-orang yang tidak harus pergi kerja karena bekerja dari rumah atau tidak bekerja sama sekali selama lockdown.
Data serupa dari firma pelacak kebugaran Polar mengungkapkan bahwa orang-orang di Jerman juga tidur lebih lama. Peningkatan signifikan dalam waktu tidur dicatat oleh alat pelacak tidur Polar ketika tindakan lockdown diperkenalkan di Jerman pada 22 Maret.
Para peneliti di University College London (UCL) saat ini sedang mempelajari efek dari lockdown terhadap kesehatan mental orang. Hasil awal menunjukkan bahwa tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi terkait dengan pembatasan lokcdown.