Dokter Akui Pelonggaran PSBB Picu Gelombang Kedua
- vstory
VIVA – Banyak pakar dan ahli yang memprediksi gelombang kedua pandemi virus corona jenis baru atau COVID-19 bakal lebih besar dibanding gelombang pertama. Prediksi itu juga timbul bersamaan dengan kebiasaan mudik hari raya idul fitri dan masih dilakukan masyarakat meski pemerintah telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dengan melakukan mudik, banyak masyarakat dari ibukota, yang tanpa sadar sudah terserang virus corona SARS-CoV-2 dan tak bergejala lantas 'membawanya' ke daerah. Sehingga penularan virus tersebut semakin meluas dan menambah panjang daftar kasus konfirmasi positifnya.
Risiko gelombang kedua itu turut meningkat seiring menguatnya pembahasan soal new normal di Indonesia. Saat ini, diketahui beberapa daerah sudah menyatakan mencabut pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan masyarakat kembali beraktivitas seperti biasa.
"Setelah pelonggaran karantina sangat mungkin terjadi gelombang kedua. Pada saat pandemi flu spanyol, itu terjadi gelombang kedua," ujar dokter spesialis penyakit dalam, dr Robert Shinto SpPD-KPTI, di acara Hidup Sehat, tvOne, Rabu 3 Juni 2020.
Dokter Robert mengatakan bahwa penting masyarakat untuk belajar dari sejarah flu spanyol di tahun 1917 silam. Saat itu, lanjutnya, gelombang kedua terjadi setelah masyarakat beraktivitas seperti sedia kala.
Lebih lanjut, di saat pandemi COVID-19, perkembangan dunia transportasi sudah melejit drastis dibanding masa Flu Spanyol. Sehingga, kemungkinan gelombang kedua di berbagai negara bisa terjadi kapan saja.
"Kalau dulu transportasi terbatas, sekarang sangat luas. Kemarin virusnya di Cina, besok di negara Eropa, dan seterusnya. Jadi gelombang kedua sangat mungkin terjadi jika tak ada pencegahan dengan baik," tutur dia.