Benarkah Diet Vegan Tak Selalu Sehat untuk Lingkungan?
- bbc
Tapi masih ada harapan. Seorang petani di California mengklaim telah mengurangi 75% air yang digunakannya berkat sensor kelembaban tanah nirkabel yang memantau tanah di sekitar pohon-pohonnya. Alat ini memastikan air hanya dikirim saat dibutuhkan, dan hanya ke tempat yang membutuhkan.
Namun, setelah panen, avokad dan mangga dimandikan dalam air panas selama lebih dari satu jam untuk mencegah serangan serangga dan mengendalikan pembusukan. Dagingnya yang sangat halus dan pematangan yang cepat juga berarti bahwa banyak buah yang diimpor ke Eropa dan AS diimpor melalui udara.
- Getty Images
Dengan menghitung jumlah limbah, kondisi penyimpanan khusus, dan pengemasan yang diperlukan untuk avokad, jejak karbonnya cukup tinggi. Jejak karbonnya setara dengan 2,2 kg CO2/kg untuk avokad yang diimpor ke Inggris menurut sebuah penelitian. Diperkirakan mangga juga mengeluarkan 4.4 kg CO2/kg.
Para peneliti di Pusat Sistem Berkelanjutan Universitas Michigan mengumpulkan data dari seluruh dunia dan mempertimbangkan aspek-aspek makanan lain seperti kemasan dan jumlah limbah yang dihasilkan selama produksi dan transportasi. Analisis rinci mereka menempatkan jejak karbon global avokad 0,55kg CO2/kg sedangkan mangga hanya 0,6kg CO2/kg.
Angka-angka ini mungkin lebih rendah karena tidak semua negara harus mengangkut buahnya melalui udara untuk makan buah segar.
Jamur
Dari kamar-kamar gelap yang dipenuhi tumpukan kuncup jamur, muncullah makanan utama diet vegan. Jamur adalah sumber nutrisi yang kaya dan dianggap sebagai pengganti daging.
Dan dari sudut pandang perubahan iklim, jamur adalah pengganti daging yang ideal, dan hanya menghasilkan sebagian kecil dari emisi daging sapi.
Tetapi untuk tanaman yang berkembang tanpa cahaya dengan memakan sampah organik yang membusuk, dampaknya ternyata mengejutkan.
Sebuah penelitian yang didanai oleh Departemen Pertanian AS, menunjukkan bahwa produksi satu kilogram Agaricus bisporus (jamur kancing dan jamur portobello pada umumnya yang kita beli di toko) mengeluarkan 2,13-2,95 kilogram CO2, sementara Dewan Jamur AS mengatakan satu kilogram jamur menghasilkan kurang dari 0,7 kg CO2.
Sebagian besar emisi berasal dari energi yang dibutuhkan untuk menjaga ruangan tempat jamur dibudidayakan hangat. Ruang tumbuh dan kompos perlu mencapai suhu hingga 62 derajat celsius, tergantung pada sistem yang digunakan, agar jamur tumbuh.
Tetapi karbon dioksida juga diproduksi oleh jamur itu sendiri saat mereka bernafas dan tumbuh. Banyak jamur disimpan di dalam ruangan tertutup di mana konsentrasi karbon dioksida dikontrol dengan cermat.
Jamur yang berbeda akan tumbuh dengan ukuran dan bentuk yang berbeda tergantung pada konsentrasi CO2 dan kadang-kadang varietas yang berbeda dapat membutuhkan kadar CO2 yang hingga 48 kali lebih tinggi daripada udara luar. Terkadang, CO2 yang berlebihan sering ditukar dengan udara segar.
Analisis oleh Universitas Michigan menemukan bahwa jamur budidaya menghasilkan rata-rata 3 kilogram CO2/kilogram. Masih jauh lebih sedikit dari daging sapi, dan lebih sedikit dari daging ayam yang menghasilkan 4,1 kilogram CO2/kilogram menurut perhitungan mereka.
Tapi jumlahnya sama dengan ikan air asin dan lebih dari tuna, yang masing-masing melepaskan 3 kilogram CO2/kilogram dan 2,2 kilogram CO2/kilogram. Tentu saja, memancing memiliki masalah lingkungan dan keanekaragaman hayatinya sendiri.