Mengenal Syndrom Kawasaki, Banyak Jangkiti Anak-anak Saat Corona
- dw
Penyakit ini oleh WHO digolongkan langka, dengan prevalensi hanya rata-rata 10 kasus per 100.000 anak. Berdasarkan penelitian, penyakit peradangan berat pada anak-anak, terutama menyerang balita. Efek merugikan pada organ tubuh bisa bersifat permanen, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Diagnosa dan pengobatan
Namun di saat pandemi COVID-19, para dokter melaporkan adanya peningkatan drastis sindrom Kawasaki, yang oleh WHO digolongkan penyakit langka. Di seluruh Eropa dilaporkan 230 kasus pada anak hingga usia 14 tahun, sementara di kawasan titik panas virus corona di AS, yaitu New York, para dokter melaporkan lebih dari 500 kasus.
Dokter anak Sunil Sood dari rumah sakit anak-anak Cohen di New York melaporkan, sekitar separuh dari pasien ank-anak yang dirawat di rumah sakitnya, harus dipindahkan ke ruang perawatan intensif, akibat peradangan otot jantung yang mirip sindrom Kawaski.
"Anak-anak pada awalnya melawan virus dalam tubuhnya. Tapi belakangan, diduga muncul reaksi imunitas berlebihan yang dipicu COVID-19", ujar dokter Sood, yang memperkirakan penyebabnya. Kalangan medis menyebutnya sebagai sindrom peradangan multi sistem atau MIS-C.
Pengobatan pada sindrom Kawasaki harus diberikan sedini mungkin, untuk mencegah kerusakan permanen organ tubuh. Para dokter biasanya memberikan obat kombinasi imunoglobulin, asam salisilat dan atau kortiskosteroid. Target pengobatan terutama untuk mengurangi radang dan mencegah mengerutnya arteri jantung.