Suami Rachel Vennya Idap Generalized Anxiety Disorder, Wajarkah?
- Instagram/rachelvennya
VIVA – Selebgram Rachel Vennya dan sang suami, Niko, buka-bukaan soal kesehatan mental yang mereka alami selama ini. Ibu dua anak itu didiagnosis alami bipolar, sementara Niko mengidap generalized anxiety disorder (GAD).
"Untuk pertama kalinya aku dan Niko akan membahas hal yang udah kita lalui sejak bertahun-tahun mungkin pada tau juga kalau aku sempet bikin instalasi Raven is Odd yang konsepnya tentang kesehatan mental, yaa karena aku didiagnosis Bipolar Disorder dan Niko didiagnosis Generalized Anxiety Disorder (psikosomatis)," tulisnya di lama instagram beberapa waktu lalu.
Keduanya tak ragu untuk berbagi pengalaman yang dirasakan tersebut pada publik. Namun, banyak yang mulai penasaran dengan kondisi tersebut. Seperti apakah kondisi tersebut? Wajarkah selebgram mengidap kondisi ini?
Dikutip dari laman Healthline, GAD merupakan kondisi saat rasa khawatir yang tak terkontrol terjadi pada situasi dan kondisi tertentu. Kondisi ini berbeda dengan perasaan khawatir pada umumnya. Rasa khawatir secara umum mengenai kehidupan seperti keuangan dan kehidupan cinta namun hanya sesekali.
Baca Juga: Suami Rachel Vennya Blak-blakan Akui Idap Generalized Anxiety Disorder
Seseorang dengan GAD akan khawatir akan hal tersebut beberapa kali per hari bahkan berbulan-bulan. Ini dapat terjadi tanpa alasan jelas. Mereka yang merasakan hal tersebut tak kesulitan mendeskripsikan perasaannya dan hanya mengenali rasa yang buruk serta tak mampu menenangkan diri sendiri.
Meski penyebabnya tak menentu, namun seseorang dapat berisiko idap kondisi ini karena ada riwayat keluarga, stres berkepanjangan, riwayat kekerasan di masa kecil, dan penggunaan rokok atau rokok berlebihan. Gejalanya mencakup sulit konsentrasi, sulit tidur, mudah tersinggung, merasa kelelahan berlebih, otot tegang, tangan berkeringat, detak jantung cepat, hingga gejala saraf.
Para perempuan dua kali lebih berisiko mengidap masalah ini dibanding pria. Kondisi ini hanya dapat didiagnosis oleh petugas medis seperti psikologi dan psikiater.