Sosok Profesor Amerika Sedang Buat Vaksin Corona Termurah Dunia

VIVA Life: Profesor Peter Hotez.
Sumber :

VIVA – Sudah hampir satu juta penduduk Amerika Serikat terinfeksi Virus Corona atau COVID-19 dan yang menyedihkan sudah 54 ribu meninggal dunia dalam wabah dunia.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Tak hanya itu saja, dalam data terbaru, Senin 27 April 2020, tercatat lebih dari 5 juta penduduk Amerika lainnya yang sedang menjalani pemeriksaan Virus Corona.

Namun, Amerika tak juga bisa menciptakan vaksin corona seperti yang mereka gadang-gadangkan beberapa waktu lalu.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Harapan Amerika kini tergantung pada Profesor Peter Hotez. Dia merupakan ahli dunia yang harapkan bisa mengembangkan vaksin corona.

Siapakah sosok Prof Peter Hotez? Baru-baru ini Al Arabiya English berhasil mewawancarainnya. Dia merupakan co-Direktur Pusat Pengembangan Vaksin dari Rumah Sakit Texas Children.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Dalam perbincangannya itu, Prof Hotez secara terbuka mengatakan, tak mungkin vaksin corona bisa diciptakannya dirinya dan timnya dalam waktu satu tahun ini.

"Tujuan aspirasinya adalah satu tahun hingga 18 bulan. Itu akan ketat. Rekor dunia adalah empat atau lima tahun sehingga kami harus memecahkan rekor dunia. Itu benar-benar tergantung pada bagaimana uji klinis berjalan," kata dia.

VIVA Life: Profesor Peter Hotez.

Menurutnya, tim bisa saja mengembangkan sejumlah vaksin dalam waktu cepat. Hanya saja vaksin harus melalui beberapa tahapan. Tim masih harus melalui jalur yang sama untuk menunjukkan bahwa vaksin benar-benar bekerja pada orang-orang di daerah di mana penularan sedang berlangsung, dan juga bahwa vaksin itu aman. Garis waktu itu sulit untuk dipercepat.

Selain itu menurutnya, vaksin yang dikembangkan tak bisa hanya satu saja. Karena ada beberapa populasi berbeda tergantung pada kondisi dan usia si penderita corona.

"Mungkin vaksin yang berbeda untuk orang yang lebih tua, atau orang-orang dengan kondisi kronis yang mendasarinya, atau untuk penyedia layanan kesehatan. Saya tidak berpikir itu akan menjadi situasi di mana itu akan menjadi satu vaksin yang muncul. Saya memperkirakan akan ada setidaknya tiga atau empat vaksin yang akan keluar dan dapat bervariasi tergantung pada penggunaan dan kebutuhan lokal," ujarnya.

Hotez juga menuturkan, vaksin yang sedang dikembangkan timnya cukup banyak. Namun paling sedikit 3 vaksin harus siap untuk dipatenkan.

"Mungkin akan ada selusin vaksin yang pindah ke pengujian klinis selama beberapa minggu dan bulan ke depan. Alasan kami menguji begitu banyak vaksin yang berbeda adalah kami ingin memiliki setidaknya dua atau tiga yang dapat siap untuk dilisensikan dalam waktu secepat mungkin," katanya.

VIVA Life: Profesor Peter Hotez.

Prof Hotez menjelaskan, memang di Sekolah Kedokteran Tropis Nasional di Baylor College of Medicine telah memiliki program vaksin virus corona selama dekade terakhir dan salah satu vaksin yang diharapkan akan masuk ke uji klinis.

Dalam mengembangkan vaksin corona, tim menggunakan teknologi yang sangat tua dan mapan ini adalah teknologi protein rekombinan yang merupakan teknologi yang sama yang digunakan untuk vaksin Hepatitis B yang digunakan di seluruh Timur Tengah dan wilayah Afrika Utara.

Hanya saja Prof Hotez mengatakan bahwa vaksin yang dikembangkannya nanti tak hanya ditujukan untuk Amerika tapi untuk seluruh dunia terutama untuk negara-negara dengan penghasilan rendah.

"Vaksin kami secara khusus dirancang untuk kesehatan global karena merupakan vaksin berbiaya rendah, yang mudah terjangkau dan mudah diakses sehingga ini akan menjadi vaksin yang hebat terutama untuk bagian-bagian Timur Tengah yang akan kesulitan mendapatkannya. Siapa yang akan membuat vaksin untuk Yaman, Sudan, Irak dan Suriah? Kami berharap kami dapat digunakan di negara-negara ini," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya