Penyebab Virus Corona Sebabkan Gejala Berbeda di Tiap Negara
- pixabay
VIVA – Peneliti asal China mengungkapkan bahwa kemampuan virus corona COVID-19 untuk bermutasi sangat mustahil. Terlebih, ia tengah menganalisis kaitan mutasi virus dengan gejala di berbagai negara menjadi berbeda dan mematikan.
Professor Li Lanjuan dari Zhejiang University mengatakan bahwa klaim adanya mutasi virus perlu dipertanyakan. Hal itu membuatnya melakukan beberapa percobaan dan melihat alasan virus itu berubah ganas.
Hasilnya, ia menemukan bukti dari laboratorium yang menunjukkan adanya strain tertentu lebih mematikan daripada strain virus lainnya dan bukan terjadi mutasi. Dari 11 pasien, strain virus yang memberi gejala mematikan itu sama seperti gejala yang dialami pada pasien positif COVID-19 di Eropa.
Gejala yang parah juga terjadi pada pasien di New York yang ternyata memiliki strain virus yang umum di negara lain. Gejala tersebut mencakup demam tinggi, sesak napas, hingga pneumonia.
"Sars-CoV-2 telah memiliki strain yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya (keganasan)," tegasnya dikutip laman Daily Star.
Sementara, gejala yang ringan cocok dengan strain virus yang menyebar di area yang minim kasus di Amerika Serikat seperti Washington. Beberapa gejalanya seperti batuk kering dan tak nafsu makan. Sayangnya, beberapa pasien dari strain gejala ringan juga sempat mengalami sakit parah.Â
Profesor Li dan timnya berharap temuan mereka dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa daerah terkena dampak lebih buruk daripada yang lain serta alasan beberapa pasien merespon lebih baik terhadap perawatan tertentu.
"Obat dan vaksin dikembangkan, saat darurat, sehingga butuh akumulasi yang tepat pada tiap strain dan bukan terjadinya mutasi... untuk mencegah terjadinya kesalahan," ungkap Profesor Li.