Social Distancing dan Gaya Hidup Sehat Tak Menjamin Atasi Corona

Ilustrasi Virus corona/COVID-19/masker.
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Pemerintah dan petugas medis terus mengimbau untuk melakukan social atau physical distancing untuk memutus rantai penyebaran virus corona atau COVID-19. Namun, ahli berpendapat bahwa hal tersebut tidak menjamin dapat mengatasi COVID-19. 

Tujuan Mulia Dokter Marlina Putri, Eks Relawan Nakes Covid-19 Ingin Jadi Polisi

Menurut Kepala Departemen Epidemiologi FKM UI, Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, hal utama yang harus dilakukan pemerintah adalah isolasi kasus, bukan social distancing

"Jika dilakukan serentak tidak bisa menjamin dalam mengatasi COVID-19. Jadi, yang utama yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah isolasi kasus, jadi deteksi kasusnya harus bagus. Kalau tidak dilakukan, sudah pasti penyebaran kasus COVID-19 akan berlangsung di masyarakat," ujarnya saat diskusi online penanganan virus corona, Jumat, 17 April 2020. 

China Lakukan Eksperimen Virus Baru Mirip COVID-19 di Wuhan, Elon Musk: Mengkhawatirkan

Selain isolasi kasus, Miko menyebut hal kedua yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi dengan melakukan contact tracing

"Kedua, kontaknya harus diidentifikasi dengan melakukan contact tracing. Jadi, kontaknya siapa saja dan itu harus dilakukan kemudian diawasi, maka kontak harus diisolasi sampai kita yakin dia negatif," lanjutnya. 

Ekonomi Nasional Hadapi Jatuh Tempo Utang Pemerintah Era COVID-19 dan Ancaman Krisis Finansial

Jika kedua hal tersebut diterapkan dibarengi dengan melakukan social distancing berskala sedang. Menurut Miko, cara ini akan berhasil mengatasi virus corona di Indonesia, karena sudah diterapkan di beberapa negara. 

"Itu yang dilakukan di Jepang, Korea Selatan dan Singapura dan berhasil. Jadi, kemampuan deteksinya harus tinggi sehingga kasus semuanya bisa diisolasi. Sehingga kasus yang tidak bisa dideteksi di masyarakat harus kecil. Maka itu bisa dikurangi dengan social distancing," kata dia. 

Sedangkan penerapan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, sifatnya hanya sebagai pendukung, untuk meningkatkan imunitas tubuh. Yang utama adalah melakukan isolasi kasus, deteksi cepat dan contact tracing

"Utamanya, semua orang harus konsumsi makanan bergizi supaya imunitasnya bagus. Jadi, makanan yang bergizi sifatnya support. Kegiatan utama adalah isolasi kasus, deteksi secepatnya sebaik mungkin, kemudian contact tracing, kontak diisolasi, kemudian melakukan social distancing. Jadi, melakukan social distancing sedang atau berat tidak masalah," tuturnya.

ilustrasi kanker

Penyintas COVID-19 Berpotensi Mengalami Kanker Paru? Simak Penjelasan Dokter!

Apakah penyintas COVID-19 berisiko terkena kanker paru? Simak penjelasan dokter tentang kaitan infeksi virus dengan kesehatan paru-paru di sini.

img_title
VIVA.co.id
11 Maret 2025