Banyak Petugas Medis Indonesia Meninggal Akibat Corona, Ini Kata Ahli
- Freepik/freepik
VIVA – Jumlah petugas medis di Indonesia yang menjadi korban virus corona atau COVID-19 terbilang banyak. Tercatat, hingga Sabtu, 18 April 2020, jumlah dokter yang positif virus corona mencapai 80 orang di Jakarta. Sedangkan angka kematian mencapai 44 orang.
Kepala Departemen Epidemiologi FKM UI, Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, turut menyoroti hal ini. Menurutnya, kebanyakan petugas medis tidak patuh saat mengenakan alat pelindung diri (APD) ketika melakukan kontak dengan pasien.
"Kalau mereka patuh pada APD, menggunakan pada saat berkomunikasi dengan pasien dan pakai APD saat kontak barang-barang terkontaminasi, harusnya aman," ujarnya saat diskusi online melalui grup WhatsApp yang diadakan oleh Bakrie Center Foundation (BCF), Jumat, 17 April 2020.
Lebih lanjut, dokter Miko bercerita, ada tenaga medis yang terkontaminasi saat berkomunikasi dengan pasien positif virus corona tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD). Dan salah satu yang turut menjadi korbannya adalah temannya sendiri.
"Kayak teman saya, Prof Bambang Sutisna. Dia bertemu langsung dengan pasien COVID-19, sehingga tertular langsung oleh virusnya dan beberapa petugas memang berkontak langsung di luar. Bahkan ada tenaga medis yang tidak menangani kasus COVID-19, tapi terkena. Berarti kontaknya di luar," lanjut dia.
Menurut Miko, tenaga medis yang berada di dalam ruangan, ada kemungkinan mereka lalai saat mengenakan APD, seperti menyentuh hidung atau bagian wajah lainnya.
"Ada kemungkinan mereka lalai menggunakan APD. Tapi kadang memegang wajahnya atau hidung karena gatal, itu tidak bisa dihindari. Atau dia memegang bahan yang tercemar droplet pasien, kemudian dia tidak mandi atau membersihkan diri," kata dia.
Seharusnya, para petugas medis wajib membersihkan diri sebelum dan sesudah memakai APD. Namun, menurut Miko, kebanyakan tidak mematuhi hal tersebut.
"Jadi kalau kepatuhan tinggi, maka diharapkan tidak akan terkena COVID-19," tuturnya.