Dokter Tirta Minta Masyarakat Setop Hujat Dokter dan Tenaga Medis

Ilustrasi dokter.
Sumber :
  • www.pixabay.com/jennycepeda

VIVA – Dokter relawan sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudi meminta masyarakat untuk berhenti menghujat atau mengeluarkan komentar negatif kepada para tenaga medis di Indonesia, yang berjuang dan berdiri di garda terdepan dalam perang melawan pandemi virus corona atau COVID-19.

Mitos atau Fakta, Orang yang Sering Konsumsi Makanan Pedas Miliki Imun yang Lebih Kuat? Ini Penjelasan Dokter

Tak hanya itu, Tirta juga mengkritik Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19, Achmad Yurianto (Yuri). Menurutnya, ia tak perlu menyampaikan sesuatu yang tidak penting.

"Kita tuh kan lagi perang. Tolonglah jubir Menkes dilatih cara PR. Kemarin duta imunitas gunanya apa? Terus statement begitu di vlog orang. Tak perlu menyampaikan pernyataan yang tidak penting. Kasihan dokter. Ketika beliau selalu mengeluarkan pernyataan ambigu, pasti yang disinisin dokternya," kata Tirta saat hadir dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne, Selasa malam, 24 Maret 2020.

Dokter Tirta Bedah Soal Bahaya BPA dalam Galon, Hoax atau Nyata?

Ia lantas memberikan contoh mengenai seorang wanita yang belum lama ini mengunggah video dan menceritakan bahwa ia ditolak saat ingin melakukan tes corona, oleh salah satu rumah sakit swasta di Bekasi, Jawa Barat.

Video tersebut langsung viral di media sosial dan akhirnya pihak rumah sakit pun angkat bicara mengenai hal tersebut.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Namun, waktu itu, kebanyakan warganet langsung menghujat pihak rumah sakit yang menolak sang wanita. Apalagi ia mengaku mengalami gejala dan baru pulang dari negara yang menjadi episentrum corona, yakni Italia.

Tirta lantas mengatakan bahwa banyak masyarakat yang tidak paham kalau dalam dunia kedokteran, ada yang dinamakan Triase.

Triase adalah proses penentuan atau seleksi pasien yang diprioritaskan untuk ditangani lebih dahulu. Proses penentuan dilakukan demi mendapatkan urutan penanganan sesuai tingkat kegawatdaruratan pasien.

"Triase ada merah, kuning, hijau, hitam. Kalau pasien membludak, dokter harus Triase," kata Tirta.

Yang dilakukan pihak rumah sakit saat itu adalah memulangkan si pasien wanita karena dianggap tidak mengalami gejala yang berat sehingga masih bisa melakukan isolasi mandiri di rumah.

Senada dengan Tirta, Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, dr. Erlina Burhan, dalam kesempatan yang sama, juga menjelaskan kepada masyarakat bahwa tenaga medis tak pernah dengan sengaja menelantarkan pasien.

Dokter memulangkan Pasien Dalam pengawasan (PDP) untuk melakukan isolasi mandiri di rumah, karena memprioritaskan pasien yang kondisi kesehatannya berat, sehingga butuh perawatan rumah sakit.

"Tidak ada niatan dari kami untuk menelantarkan. Pekerjaannya banyak, pasiennya banyak. Masyarakat tidak tahu, kalau kita suruh pulang karena kondisinya sudah baik. Di rumah sakit kan yang kondisinya berat dan butuh perawatan," ucap Erlina.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya