Apa Bedanya Swab Tenggorokan dan Rapid Test untuk Pemeriksaan Corona?
- Freepik/freepik
VIVA – Banyak orang yang masih belum tahu mengenai perbedaan antara swab hidung atau tenggorokan dengan rapid test, untuk pemeriksaan virus corona atau COVID-19.
Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19, Achmad Yurianto (Yuri) menjelaskan bahwa rapid test atau tes cepat, yang sejak beberapa hari dilaksanakan pemerintah, dilakukan menggunakan metode pemeriksaan antibodi. Bukan pemeriksaan langsung terhadap virusnya.
"Kalau pemeriksaan langsung terhadap virusnya, berbasis pada antigen. (Menggunakan metode) swab atau hapusan atau usapan dinding belakang rongga hidung atau mulut pasiennya. Kalau positif, diyakini ada virusnya," ujar Yuri dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 24 Maret 2020.
Sementara untuk metode rapid test, pada dasarnya merupakan screening. Yang diperiksa adalah kandungan antibodi yang terdapat di dalam darah, sehingga spesimen yang diambil adalah darah dan bukan hapusan tenggorokan.
Inilah mengapa, rapid test harus dilakukan sebanyak dua kali, karena saat pemeriksaan pertama, bisa saja orang yang diperiksa sudah terinfeksi tapi masih pada tahap awal, sehingga belum terbentuk antibodi.
"Pemeriksaan rapid test dengan basis pemeriksaan antibodi. Kalau hasilnya negatif, belum bisa memberikan jaminan yang bersangkutan tidak terinfeksi. Bisa saja terinfeksi pada tahap-tahap awal, karena antibodinya belum terbentuk," jelas Yuri.
Ia menambahkan, setelah sekitar 6-7 hari terinfeksi, antibodi biasanya sudah terbentuk sehingga dapat diidentidikasikan sebagai positif.
"Kalau pemeriksaan pertama negatif, mengulang kembali setelah 10 hari. Dengan harapan, semoga antibodi sudah terbentuk," ucapnya.
Dua kali hasil negatif pada pemeriksaan rapid test memang dipastikan pasien tidak terinfeksi virus. Namun, bukan berarti tidak bisa terinfeksi di kemudian hari.
"Tetapi, (dua kali hasil negatif rapid test) juga dimaknai tidak ada antibodi di dalam tubuhnya. Artinya, sangat mungkin bisa terinfeksi apabila mengabaikan upaya-upaya pencegahan terhadap penularan," kata Yuri.
Untuk mereka yang hasil rapid test-nya positif, maka akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan antigen atau swab. Sementara untuk yang negatif, tetap diminta menjaga jarak fisik dalam komunikasi sosial, agar tidak terjadi penularan virus corona.