Obat Penyembuhan Virus Corona, Ternyata 'Akrab' dengan Kedokteran RI

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Nama Chloroquine atau Klorokuin sudah tak asing di kalangan tenaga medis Tanah Air. Obat ini ternyata bisa menjadi salah satu pendukung kesembuhan pasien yang dinyatakan positif terkena virus COVID-19 atau dikenal dengan nama Corona.

10 Cara Mengusir Nyamuk di Rumah dengan Bahan Alami yang Gak Banyak Diketahui

Klorokuin, kata Dokter Spesialis Jantung, dr Vito A. Damay Sp. JP(K),  sebenarnya ditujukan untuk mencegah tubuh terserang malaria. Sampai saat ini, masih digunakan untuk permasalahan kesehatan di beberapa wilayah di Tanah Air.

Dia mengatakan, sempat mengkonsumsi obat itu secara rutin saat menjalankan tugasnya di wilayah timur Indonesia, lantaran sangat ampuh untuk melawan Malaria, serta hargnya masih bisa dijangkau. Penelusuran di di beberapa e-commerce, klorokuin dijual dRp300 ribu hingga Rp500-an ribu per strip.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

"Dulu waktu saya dokter umum tugas di NTT, saya minum ini sebagai pencegahan malaria. Dan saya sering beli dan murah sekali," kata dokter Vito kepada VIVA, Sabtu 21 Maret 2020.

Baca juga: Masyarakat Diimbau Tidak Beli dan Simpan Klorokuin Obat COVID-19

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Dokter Vito mengatakan, telah mendengar kabar bahwa Klorokuin akan dipakai Pemeritah sebagai salah satu pengobatan COVID-19. Jika pada malaria obat ini bermanfaat untuk mencegah, maka terkait COVID-19, justru dipakai untuk pengobatan pasien dengan menggunakan dosis yang tepat.

"Iya benar, memang sekarang Klorokuin dipakai dalam pengobatan COVID-19. Dengan catatan, ini diberikan atas instruksi dokter dan menggunakan dosis yang tepat. Kemampuannya mematikan virus masih perlu banyak penelitian. Hati-hati, orang sehat tak perlu minum obat ini untuk pencegahan," paparnya.

Dokter Vito menilai bahwa obat klorokuin termasuk jenis obat keras yang tak boleh dikonsumsi sembarangan, apalagi jika seseorang tidak dalam indikasi malaria, ataupun digunakan mencegah COVID-19.

Beragam efek samping bisa terjadi saat menggunakan klorokuin tanpa resep dokter, salah satunya adalah gangguan pada organ hati.

"Salah satunya adalah gangguan fungsi liver. Mual sampai mau muntah, sakit kepala dan penglihatan terganggu adalah contoh efek sampingnya. Sekali lagi, ini tentunya harus dengan resep dokter dan indikasinya tepat. Jadi tidak boleh sembarangan," tuturnya.

Sementara itu, Juru bicara Pemerintah Indonesia untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto (Yuri) mengatakan,  pemerintah mulai mendatangkan obat Avigan dan Klorokuin, karena keduanya telah digunakan oleh negara-negara lain dan memberikan respons positif pada pasien virus corona.

"Ingat, Klorokuin adalah obat keras yang hanya bisa dibeli oleh resep dokter dan pengawasan tenaga kesehatan, sehingga tidak perlu ramai-ramai membelinya. Kita harapkan tak ada persepsi yang salah," kata Yuri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya