Obat Flu Jepang Avigan Favipiravir Efektif Atasi Virus Corona COVID-19
- Freepik/freepik
VIVA – Otoritas medis di China mengatakan, obat yang digunakan di Jepang untuk mengobati jenis influenza baru, tampaknya lebih efektif pada pasien virus corona. Zhang Xinmin, seorang pejabat di kementerian ilmu pengetahuan dan teknologi China mengatakan, favipiravir, yang dikembangkan oleh anak perusahaan Fujifilm, telah mendapatkan hasil yang menggembirakan dalam uji klinis di Wuhan dan Shenzhen, yang melibatkan 340 pasien.
"Ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan jelas efektif dalam perawatan," kata Zhang, Selasa lalu, dilansir The Guardian, Kamis 19 Maret 2020.
Menurut penyiar publik NHK, pasien yang rata-rata empat hari dinyatakan positif COVID-19, berubah negatif setelah mengonsumsi obat tersebut, dibanding rata-rata 11 hari orang yang tidak mengonsumsi obat.
Selain itu, sinar-X mengonfirmasi peningkatan kondisi paru-paru pada sekitar 91 persen pasien, yang diobati dengan favipiravir, dibandingkan dengan 62 persen mereka yang tidak menggunakan obat.
Fujifilm Toyama Chemicalm, yang mengembangkan obat, juga dikenal sebagai Avigan pada tahun 2014, telah menolak untuk mengomentari klaim tersebut.
Dokter di Jepang juga menggunakan obat yang sama dalam studi klinis pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan hingga sedang. Berharap obat tersebut dapat mencegah virus berkembang baik pada pasien.
Tetapi sumber kementerian kesehatan Jepang menyatakan obat itu tidak efektif pada orang dengan gejala yang lebih parah. "Kami telah memberi Avigan kepada 70-80 orang, tetapi tampaknya tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda," kata sumber tersebut.
Sumber itu menambahkan, keterbatasan yang sama telah diidentifikasi dalam penelitian yang melibatkan pasien virus corona menggunakan kombinasi antiretroviral HIV lopinavir dan ritonavir.
Pada 2016, pemerintah Jepang memasok favipiravir sebagai bantuan darurat untuk menghadapi wabah virus Ebola di Papua Nugini. Penggunaan favipiravir harus melalui persetujuan pemerintah jika ingin digunakan pada skala penuh untuk pasien COVID-19, karena pada awalnya hanya dimaksudkan untuk mengobati flu.
Seorang pejabat kesehatan mengatakan bahwa obat itu dapat disetujui pada awal Mei. "Tetapi jika hasil penelitian klinis tertunda, persetujuan juga bisa ditunda," kata dia.