7 Virus yang Tak Kalah Mematikan Dibanding COVID-19
- Science Alert
VIVA – Virus corona atau COVID-19 sedang menjadi perhatian utama semua orang saat ini. Tetapi rupanya, corona bukan satu-satunya virus yang dapat membunuh banyak orang di seluruh dunia.
Agen infeksi kecil terus bermutasi dan berkembang menjadi strain baru yang dapat menghancurkan populasi dengan kecepatan tinggi. Ketika dunia meningkatkan upaya untuk menahan penyebaran virus corona, berikut beberapa virus lain yang tak kalah mematikan dibanding COVID-19, seperti dilansir dari Daily Star.
SARS
Virus ini diduga berasal dari kelelawar atau hewan lain. SARS-CoV menimbulkan kekacauan antara tahun 2002 dan 2003. Sama seperti COVID-19, virus ini berasal dari China sebelum akhirnya menyebar ke-26 negara di seluruh dunia. SARS menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan membunuh lebih dari 770 orang selama dua tahun.
Penyakit ini menyebabkan demam, menggigil dan sakit tubuh, yang dapat berubah menjadi pneumonia. SARS memiliki angka kematian diperkirakan 9,6 persen dan tidak memiliki perawatan atau vaksin yang disetujui. Namun kabar baiknya, tidak ada kasus SARS baru yang dilaporkan sejak awal 2000-an.
Ebola
Ebola pertama kali ditemukan di Republik Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada tahun 1976, yang memiliki banyak jenis dan bervariasi dalam tingkat kematiannya. Beberapa tidak menunjukkan gejala sama sekali, tetapi galur Bundibugyo memiliki tingkat kematian hingga 50 persen dan tingkat kematian galur Sudan mencapai 71 persen.
Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh dan mengurangi kadar sel pembekuan darah, yang dapat menyebabkan pasien berdarah tak terkendali dan akhirnya pendarahan hingga meninggal. Wabah terbesar dan paling kompleks dalam sejarah dimulai di Afrika Barat pada awal 2014 dan mendominasi berita utama dunia selama berbulan-bulan, yang berlangsung hingga 2016.
Virus Marburg
Mirip dengan Ebola, virus Marburg dapat menyebabkan pendarahan sampai meninggal dan menderita kegagalan organ. Marburg diidentifikasi pada tahun 1967, ketika pekerja laboratorium terpapar virus melalui kontak dengan monyet yang diimpor dari Uganda.
Tingkat kematian saat wabah pertama adalah 25 persen. Tetapi naik menjadi lebih dari 80 persen pada wabah 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo, serta pada wabah 2005 di Angola.
Demam berdarah
Antara 50 dan 100 juta orang per tahun sakit karena demam berdarah, yang berasal dari Filipina dan Thailand pada 1950-an. Meskipun tingkat kematiannya relatif rendah, yaitu hanya 2,5 persen, tetapi bisa semakin parah jika tidak diobati.
Hal paling menakutkan dari demam berdarah adalah, penyakit ini akan menjadi lebih umum saat cuaca panas, karena demam berdarah berasal dari nyamuk yang berkembang di lingkungan yang lebih hangat.
Rabies
Anak-anak sering diberitahu untuk tidak bermain-main dengan anjing liar supaya tidak digigit, karena gigitannya dapat menyebabkan rabies. Rabies adalah virus yang menyerang otak dan sistem saraf dan terkenal dengan gejala anehnya termasuk kebingungan dan ketakutan terhadap air yang tak dapat dijelaskan.
Vaksin hewan peliharaan membantu membuat penyakit ini sangat langka di negara maju, tetapi tetap menjadi masalah serius di India dan sebagian Afrika. "Ini menghancurkan otak, itu penyakit yang sangat, sangat buruk," kata pakar virus Elke Muhlberger.
HIV
Sekitar 32 juta orang telah meninggal karena HIV atau terkena sindrom defisiensi imun (AIDS) yang dapat berkembang setelah sistem kekebalan dilemahkan oleh virus. HIV pertama kali ditemukan pada awal 1980-an, setelah seorang gay sekarat karena penyakit misterius dan berlanjut pada komunitas LGBT serta para pengguna narkoba.
HIV dapat menular melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi jarum dan dari ibu ke anak selama kehamilan atau menyusui. Antivirus yang kuat bisa membuat orang dengan HIV-positif dapat hidup dengan normal, tetapi virus tersebut telah menghancurkan negara-negara berkembang yang tidak memiliki akses obat yang dapat menyelamatkan jiwa. Hampir satu dari 25 orang dewasa dalam wilayah WHO Afrika, menderita HIV-positif.
Influenza
Flu musiman tidak dianggap sebagai darurat kesehatan internasional, tetapi virus ini telah membunuh ratusan ribu orang setiap tahun. WHO memperkirakan hingga setengah juta orang meninggal akibat flu per tahun. Namun terkadang, virus bermutasi menjadi strain baru yang dapat menyebar lebih cepat dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.
Flu Spanyol adalah wabah paling mematikan dalam sejarah, menginfeksi hingga 40 persen dari populasi dunia setelah Perang Dunia I dan menewaskan sekitar 50 juta orang, yang terjadi pada tahun 1918. "Saya pikir ada kemungkinan sesuatu seperti wabah flu 1918 dapat terjadi lagi," kata Muhlberger.