5 Hal Ini Bisa Ditiru dari China untuk Penanganan COVID-19

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Kinerja pemerintah China dalam menangani wabah virus corona patut diapresiasi. China berhasil menekan angka kematian pasien yang terjangkit virus corona, COVID-19.

Pada 15 Maret 2020, 842 orang dinyatakan sembuh dan jumlah kasus baru hanya mencapai 16 kasus.

Dikutip dari laman We Forum dan Worldometer, dua kota di China yang dinilai sigap menghadapi isu pandemi ini adalah Zhejiang dan Hangzhou. Berikut ini merupakan 5 kebijakan pemerintah provinsi setempat yang mungkin bisa ditiru dan diterapkan di Indonesia selama wabah virus corona.

Kecepatan dan Akurasi

Hanya butuh waktu seminggu bagi China untuk mengidentifikasi virus corona yang tergolong baru ini. Hasil yang mereka dapat pun segera dilaporkan ke WHO.

Sebagai perbandingan, butuh waktu berbulan-bulan untuk mengidentifikasi SARS pada 2003 silam. Bahkan diperlukan beberapa tahun untuk mengidentifikasi HIV pada 1980-an.

Proses identifikasi COVID-19 yang cepat membuat ilmuwan di berbagai penjuru dunia langsung dapat bekerja untuk mengembangkan alat uji, treatment, hingga vaksin yang dapat digunakan di kemudian hari.

Salah satu hal yang patut dicontoh dalam penanganan epidemik adalah metode deteksi yang spesifik, terpercaya, akurat, dan cepat. Saat virus corona mewabah pertama kali dan menjangkit Wuhan, alat uji yang tersedia masihlah tidak memadai. Administrasi Nasional Produk Medis China kemudian mengambil langkah cepat untuk meningkatkan kinerja perusahaan biotek guna mengembangkan alat uji. Pertama kali diperkenalkan pada 13 Januari 2020, pasokan alat uji dalam skala yang cukup mulai tersedia dua minggu setelahnya.

Keputusan Tepat di Waktu Tepat

Langkah-langkah yang diambil pemerintah China dan pakar kesehatan telah terbukti efektif untuk menekan persebaran COVID-19. Berikut merupakan tindakan yang ditempuh pemerintah Hangzhou:

Pertama, mulai dari menyediakan informasi dan arahan yang jelas tentang cakupan wilayah yang mengalami lockdown. Kedua, mengawasi implementasi kebijakan hingga ke tingkat individu, apartemen, perumahan, komunitas, organisasi, fasilitas publik, dan kota.

Ketiga, memastikan kebutuhan pokok dan pangan tetap tersedia melalui kebijakan pemerintah yang terorganisir dan terkontrol. Keempat, menciptakan fasilitas kesehatan untuk memonitor, mengisolasi, dan merawat pasien terjangkit viruc corona. Kelima, membuat sistem tracking untuk menangani laporan yang bekerja 24/7/, lalu keenam Menciptakan pusat pelaporan dan chanel komunikasi supaya masyarakat tetap mendapatkan informasi terkait dengan situasi terkini.

Penggunaan Big Data dan Teknologi

Hangzhou menjadi kota pertama yang menggunakan big data untuk menangani persebaran korona. Mereka menamai sistem tersebut dengan “Satu peta, satu QR code, dan satu indeks.”

Berikut ini adalah beberapa kebijakan yang diimplementasikan:

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Pertama, setiap orang harus memonitor dan mencatat temperatur mereka. Pembaruan berkala dilakukan setiap hari untuk meninjau status kesehatan setiap individu.

Kedua, database kesehatan dikelola dan diawasi oleh Hangzhou’s Center for Disease Control and Prevention ( Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hangzhou)

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Ketiga, QR code digunakan oleh semua orang, baik di dalam kota maupun yang hendak memasuki kota. Kode hijau, tandanya dapat bergerak bebas. Kode kuning, harus menjalani karantina selama tujuh hari. Kode merah, karantina selama 14 hari. Kode kuning dan merah dapat berubah menjadi hijau pasca-karantina. Sistem ini sudah diterapkan di Provinsi Zhejiang dan akan diimplementasikan di provinsi lainnya.

Kerja Sama Semua Pihak

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Hangzhou, merupakan kota dengan 10 juta penduduk. Hal inilah yang membuat penanganan pandemi harus dilakukan menyeluruh hingga ke seluruh sistem. Oleh karena itu, banyak bisnis, organisasi, sekolah, dan universitas mulai menerapkan sistem belajar berbasis daring.

Selama grafik persebaran pandemi masih tinggi, lebih baik menjauhi kerumunan dan kontak dengan banyak orang. China kemungkinan merugi miliaran dolar karena menerapkan sistem ini, tapi setidaknya ini adalah keputusan yang tepat.

Keterbukaan Informasi

Pemerintah China bersikap transparan dalam menyediakan akses informasi bagi publik luas. Di Hangzhou, media-media besar memberikan informasi terkait COVID-19 setiap hari, mulai dari angka pasien yang terjangkit, hasil dari perawatan medis, rencana kebijakan yang akan diterapkan, hingga prosedur dan imbauan untuk diikuti.

Selain itu, Universitas Zhejiang juga ikut serta dalam penanganan pandemi ini. Mereka mengembangkan materi yang mudah dimengerti untuk murid dan publik luas tentang penyakit COVID-19, lengkap dengan cara pencegahannya. Pihak universitas juga aktif menyuarakan isu ini di televisi dan koran.

“Kami percaya, ini adalah tanggung jawab para ahli kesehatan untuk menyajikan informasi yang faktual dan ilmiah bagi banyak orang dan memimpin mereka untuk memerangi penyakit ini,” tutur perwakilan universitas.

Penulis: Nariyati

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya