Meski Sembuh, Mantan Pasien Bisa Tertular Virus Corona Lagi

Ilustrasi virus corona/COVID-19/masker.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Wabah corona makin merajalela, hingga Selasa 3 Maret 2020 lalu tercatat ada sebanyak 80 ribu orang di China yang terinfeksi virus corona. Dari data tersebut juga diketahui bahwa 47 ribu orang berhasil sembuh dan kembali ke rumah mereka masing-masing, setelah hasil tes transcriptase-polimerase chain reaction (PCR) dinyatakan negatif. 

Namun sayangnya pada Senin kemarin dua orang di Tianjin, yang diketahui terdapat 130 kasus virus corona, Covid-19 harus kembali ke rumah sakit setelah hasil tes untuk Covid-19 mereka positif. Padahal setelah satu minggu dinyatakan sembuh dan boleh kembali ke rumah. 

Di provinsi Guangdong, Cina selatan, 14 persen pasien virus corona yang dipulangkan dari rumah sakit diketahui ternyata masih terinfeksi virus, kata pusat pengendalian penyakit provinsi pekan lalu. Kasus serupa telah dilaporkan di bagian lain negara itu, termasuk provinsi Jiangsu dan Sichuan.

Mengapa orang bisa positif dua kali?

"Bukannya orang-orang ini mendapatkan infeksi kedua, atau infeksi yang terus-menerus, seperti yang dikhawatirkan sebagian orang. Itu entah karena tes tidak dilakukan dengan benar di tempat pertama, atau pasien sedang menjalani perjalanan panjang penyakitnya," ujar Profesor Jin Dong-yan, seorang ahli virologi molekuler dari Fakultas Kedokteran Li Ka Shing di Universitas Hong Kong seperti dikutip dari laman SCMP.

Jin melanjutkan, berbagai faktor dapat menyebabkan hasil tes tidak akurat, termasuk kualitas test kit dan cara sampel dikumpulkan dan disimpan. Di bawah kriteria pengujian China, orang dapat dipulangkan dari rumah sakit jika suhu tubuh mereka normal selama tiga hari, tidak memiliki masalah pernapasan, dan lesi dada yang ditunjukkan pada computed tomography telah meningkat secara signifikan. Mereka juga harus menguji negatif dalam dua tes PCR negatif berturut-turut setidaknya satu hari terpisah.

Wang Chen, kepala Akademi Ilmu Kedokteran China, mengatakan bulan lalu bahwa hanya 30 hingga 50 persen dari kasus yang dikonfirmasi memiliki hasil positif dalam tes PCR, dan usap tenggorokan mungkin menghasilkan banyak hasil negatif palsu. Akibatnya, otoritas kesehatan China menyarankan menggabungkan sejarah epidemiologis, manifestasi klinis dan pencitraan dengan tes PCR dalam mendiagnosis Covid-19.

Profesor Greg Gray dari divisi penyakit menular di Universitas Duke di Amerika Serikat dan Singapura mengatakan bahwa tidak mungkin bahwa tes yang salah bertanggung jawab atas kesalahan negatif.

"Dengan asumsi laboratorium berpengalaman dalam menjalankannya, saya tidak akan mengharapkan kualitas lab menjadi masalah. Tes negatif mungkin lebih baik dijelaskan oleh spesimen berkualitas buruk [bukan swab nasofaring dalam] atau virus pada jumlah yang sangat rendah ketika swab dikumpulkan," kata dia.

Apakah orang yang telah dinyatakan sembuh infektif?

KPK Tahan Tiga Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan APD di Kemenkes, Satu Orang Tidak Hadir

Sementara Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan belum menemukan infeksi baru yang terkait dengan pasien tersebut. “Pasien-pasien ini belum menginfeksi orang lain, dan beberapa dinyatakan negatif dalam tes tindak lanjut mereka,” Guo Yanhong, seorang pejabat NHC yang memantau kasus-kasus baru, mengatakan pada konferensi pers beberapa waktu lalu.

Song Tie, wakil kepala pusat pengendalian penyakit provinsi Guangdong, setuju bahwa pasien seperti itu tidak menjadi sumber infeksi baru tetapi mengatakan mereka mungkin masih infektif.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

"Jika seseorang dinyatakan positif, dalam hal pengendalian penyakit, dia pasti akan dianggap sebagai sumber infeksi. Dari tes laboratorium, kami menemukan bahwa pasien muda akan menghasilkan antibodi dalam waktu dua minggu. Jadi, bahkan jika mereka memiliki hasil positif dalam tes PCR lagi, risiko penularan sangat rendah. Kami juga menemukan bahwa beberapa pasien usia lanjut mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk memproduksi antibodi. Jadi mereka dapat terus melepaskan virus dan menjadi sumber infeksi, ”kata Guo.

Zhang Zhan, seorang spesialis pernapasan di Rumah Sakit Renmin Universitas Wuhan juga memperingatkan kemungkinan infeksi oleh orang-orang yang sebelumnya dianggap "sembuh".

Cara Mengelola Keuangan Setelah Kuliah: 7 Langkah Jitu Menuju Stabilitas Finansial!

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan online pada 31 Januari, dia mengatakan bahwa delapan hari setelah salah satu pasiennya dianggap telah pulih dari infeksi, seorang anggota keluarganya terkena penyakit tersebut. Kerabat itu belum melakukan kontak dengan orang lain sejak dia kembali ke rumah.

“Mungkin untuk mendeteksi jejak patogen selama beberapa periode setelah pasien tidak lagi menular. Yaitu, sistem kekebalan pasien telah membunuh virus dan apa yang Anda deteksi adalah fragmen asam nukleat dari virus yang tidak dapat hidup. Untuk menginvestigasi seseorang harus berusaha untuk membiakkan virus dari spesimen swab asli. Jika virus itu tumbuh, Anda akan tahu bahwa virus itu dapat hidup,” kata dia.

Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Dewan Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) José Manuel Barroso.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Ketua Dewan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI), Jose Manuel Barroso berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama dengan Indonesia dalam upaya memperkuat imunisa

img_title
VIVA.co.id
7 Desember 2024