Vaksin COVID-19 Akan Diuji Coba Pertama Kali pada Manusia
- Pixabay
VIVA – Moderna Therapeutics, perusahaan bioteknologi berbasis di Cambridge, Inggris, telah melakukan pengiriman fase pertama pada vaksin COVID-19. Vaksin itu dibuat 42 hari usai serangkaian genetik virus Covid-19, disebut SARS-CoV-2, yang dirilis oleh peneliti-peneliti China pada pertengahan Januari.
Serangkaian vaksin itu dibuat dan dirilis oleh peneliti China sejak pertengahan Januari lalu. Tabung vaksin buatan pertama ini dikirim ke National Institute of Health (NIH) di Bethesda, Amerika Serikat, yang mana vaksinnya sudah siap dites pada manusia di awal April.
Vaksin untuk atasi COVID-19 dikembangkan dalam waktu singkat karena didasarkan pada metode genetik yang relatif baru yang tidak memerlukan pertumbuhan virus dalam jumlah besar. Sebagai gantinya, vaksin dikemas dengan mRNA, materi genetik yang berasal dari DNA dan membuat protein.
Moderna memuat vaksinnya dengan mRNA yang mengkode protein coronavirus yang tepat yang kemudian disuntikkan ke dalam tubuh. Sel-sel kekebalan di kelenjar getah bening dapat memproses mRNA itu dan mulai membuat protein dengan cara yang tepat bagi sel-sel kekebalan lainnya untuk mengenali dan menandai virus untuk dihancurkan
"MRNA benar-benar seperti molekul perangkat lunak dalam biologi. Jadi vaksin kami seperti program perangkat lunak bagi tubuh, yang kemudian pergi dan membuat protein [virus] yang dapat menghasilkan respons kekebalan," ujar presiden Moderna Stephen Hoge, dikutip dari laman TIME, Rabu 26 Februari 2020.
Stephen berharap bahwa metode vaksin ini dapat ditingkatkan dengan cepat, agar menghemat waktu kritis ketika penyakit baru seperti COVID-19 muncul dan mulai menginfeksi puluhan ribu orang.
Adapun para peneliti NIH juga memulai tes pada obat antivirus yakni remdesivir, yang telah dikembangkan untuk atasi Ebola, pada pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2. Uji coba tersebut merupakan obat yang pertama kali diberikan pada pasien COVID-19 dan akan dimulai oleh tim riset dari University of Nebraska Medical Center.
Pasien pertama yang akan menjadi sukarelawan untuk studi ini adalah seorang penumpang yang dibawa kembali ke AS setelah dites positif mengidap penyakit tersebut di atas kapal Princess Diamond. Pasien lain yang didiagnosis dengan COVID-19 yang telah dirawat di rumah sakit juga akan menjadi bagian dari penelitian ini.
Remdesivir menunjukkan hasil yang menggembirakan di antara hewan yang terinfeksi dengan dua coronavirus terkait, satu mampu atasi bagian sindrom pernafasan akut yang parah (SARS), dan satu lagi bagian yang menyebabkan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Relawan itu akan dikelompokkan secara acak untuk menerima obat atau plasebo secara intravena selama 10 hari, dan mereka akan menjalani tes darah, dan usap hidung dan tenggorokan setiap dua hari untuk melacak jumlah virus dalam tubuh mereka. Bahkan jika obat tersebut menunjukkan kemanjuran dalam menjaga tingkat pertumbuhan SARS-CoV-2 dalam darah, itu dapat membantu menahan penyebaran infeksi.