Virus Corona Kian Bahaya, Kini Bisa Mutasi dan Sulit Kenali
- The New York Times
VIVA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan Indonesia untuk bersiap menghadapi serangan gelombang kedua (second wave) untuk kasus COVID-19.
Mengingat kini penyebaran virus corona jenis baru atau disebut SARS-CoV-2 itu sudah menginfeksi hingga ribuan orang di 34 negara selain China.
Gelombang kedua ini mulai diprediksi sejak banyak kasus yang bermunculan di luar China. Penularan antar manusia diyakini semakin kuat.
"(Indonesia) Bersiap hadapi second wave (gelombang kedua). Karena gelombang pertama pada Januari di Wuhan," ujar Staff Khusus Menteri Kesehatan Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kesehatan dr. Alexander K. Ginting, dalam konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu, 26 Februari.
Ia menambahkan, sejak gelombang pertama itu, eskalasi kasus yang terkonfirmasi cukup tinggi serta meningkatnya kasus kematian. Terlebih, kini penyebaran virus tersebut tampaknya sudah mulai tak terkendali yang menjalar ke berbagai transportasi seperti kapal pesiar.
"Kapal (Diamond Princess di) Yokohama contohnya, 78 orang awak kapal (WNI) Indonesia awalnya negatif, belakangan dilaporkan 9 positif (terjangkit COVID-19). Artinya angka infeksius cukup tinggi," tambahnya.
Tingkat keparahan penyakit yang juga kian berat itulah yang membuat para peneliti harus berpikir keras dalam mencari vaksin dan obatnya. Diyakini, virus tersebut akan semakin sering bermutasi dan sulit dikenali.
"Jadi ada perubahan mutasi virusnya dari mulai di Wuhan dan sekarang tersebar di mana-mana," paparnya.
Mutasi virus yang terus terjadi pun membuat sebagian besar pasien tidak mengalami gejala sama sekali. Hal ini yang membahayakan dan membuat gelombang kedua kasus COVID-19 semakin rentan terjadi.
"Ini terjadi oleh karena mereka PCR (alat pendeteksi virus) positif tapi asimptomat (tidak bergejala). Gejala enggak muncul ini yang lalu lalang dan membawa virus. Ini yang harus dicegah penyebarannya jangan sampai terjadi second wave," imbuhnya.