Abash Kekasih Lucinta Luna Diduga Terapi Testosteron, Apasih Itu?
VIVA – Artis kontroversial, Lucinta Luna kerap mengunggah kebersamaan dengan sang kekasih bernama Abash. Namun, ada yang berbeda dari penampilan Abash, wajahnya yang tampak mulus kini tumbuh berewok. Bahkan, tubuhnya semakin terlihat kekar.
Penampilan baru Abash jadi bahan pembicaraan warganet. Terlebih, usai pengakuan selebram Gebby Vesta yang mengatakan kalau Abash sebenarnya adalah perempuan dan belum berganti kelamin.
Banyak yang menduga, berewok Abash kekasih Lucinta Luna bisa tumbuh karena hasil terapi hormon testosteron yang diindentikkan sebagai hormon pria untuk membuat tubuhnya seperti lelaki sungguhan. Lalu, apa sebenarnya terapi hormon testosteron itu?
Dilansir WebMd, terapi hormon testosteron mempunyai beberapa kegunaan secara medis. Pada pria, prosedur ini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi beberapa gangguan kesehatan, seperti kadar testosteron rendah dan disfungsi ereksi.
Namun, setiap pria memiliki kondisi yang berbeda-beda sehingga efeknya pun akan berbeda. Banyak pria melaporkan, setelah melakukan terapi hormon testosteron ini, mereka jauh lebih berenergi, punya dorongan seks, dan kualitas ereksi. Testosteron juga dapat meningkatkan kepadatan tulang, massa otot, dan sensitivitas insulin pada beberapa pria.
Sedangkan beberapa pria melaporkan peningkatan suasana hati dari penggantian testosteron. Apakah efek ini akan terlihat pada semua orang? Hal ini sangat individual.
Karen Herbst, MD, PhD, seorang ahli endokrin di University of California-San Diego, memperkirakan bahwa sekitar 1 dari 10 pria 'gembira' tentang respons mereka terhadap terapi testosteron, sementara dengan angka yang sama menyatakan tidak terlalu memerhatikannya. Mayoritas memiliki tanggapan positif, tetapi tanggapan beragam ditunjukkan jika berbicara mengenai penggantian testosteron.
Risiko terapi testosteron
Efek samping yang paling sering ditemukan setelah melakukan prosedur ini adalah, timbul ruam, gatal, atau iritasi di sekitar testosteron yang diterapkan. Namun, ada bukti kemungkinan peningkatan risiko serangan jantung atau stroke yang terkait dengan terapi testosteron.
Para ahli menekankan bahwa manfaat dan risiko terapi testosteron jangka panjang belum diketahui, karena uji klinis besar belum dilakukan.