Virus Corona Lebih Banyak Menyerang Pria, Ini Alasannya

Corona, virus yang menjadi perbincangan hangat dunia sejak mewabah di Wuhan, China pada Desember 2019.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Kasus virus corona Wuhan (2019-nCoV) yang terjadi akhir tahun 2019 kemarin masih menjadi momok yang menakutkan bagi banyak orang. Hingga pagi ini, tercatat ada 20.400 kasus virus corona dan 425 orang meninggal akibat virus ini.

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

Namun, siapa sangka ternyata virus corona yang menyerang sistem pernapasan ini lebih banyak menyerang pria dibandingkan wanita. Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Paru di RSUI, dr. Raden Rara Diah Handayani, Sp.P (K).

"Lebih banyak menyerang laki-laki dibandingkan dengan perempuan. 71 persen kasus corona pada laki-laki atau lebih banyak dibandingkan perempuan," kata dia di RSUI, Depok Jawa Barat, Selasa, 4 Februari 2020.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Lebih lanjut, Spesialis Mikrobiologi di RSUI, dr. R. Fera Ibrahim, am.Sc.,Ph.D., Sp.MK (K) menjelaskan bahwa lebih banyaknya kasus virus corona yang menyerang laki-laki dibanding perempuan ini, berkaitan dengan reseptor ACE (Angiotensin Converting Enzim) 2. Yang mana resptor ini merupakan reseptor atau sel inang tempat melekat virus.

"Lebih banyak laki-laki karena reseptor ACE 2 ini banyaknya di laki-laki dibanding wanita," jelas dia.

Malaysia Detects Over 6000 Coronavirus Cases in a Week

Fera juga menjelaskan bagaimana virus corona itu masuk ke dalam sistem pernapasan. Dia nenyebut virus itu akan menginfeksi sel kemudian masuk ke dalam sel melalui ACE 2 kemudian mereplikasi.

"Dia (virus corona) menginfeksi sel kemudian masuk ke dalam lalu mereplikasi. Corona virus yang baru ini mirip dengan SARS. Dia memiliki reseptor virus yang disebut ACE2 ini, ada di berbagai macam organ. Nasofaring sampai ke otak," kata dia.

Dia menambahkan, "Reseptor ini yang paling banyak di sel epitel paru dan usus, makanya gejalanya akan nampak seperti saluran napas atau kadang diare," kata dia.

Bukan hanya itu, dia juga menyebut bahwa dari hasil penelitian mengungkap, dari segi ras, ras Asia memiliki risiko lebih tinggi terkena virus corona dibandingkan dengan ras kulit hitam dan putih.

Selain itu, virus ini juga bisa bertahan selama enam hari di udara dingin. Terlebih jika ada protein tertentu yang menyebabkan virus ini bertahan lebih lama.

Presiden Jokowi dicek kesehatan sebelum divaksinasi booster COVID-19 tahap dua

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Lantas bagaimana jejak perjalanan mewabahnya virus mematikan Sars-CoV-2 tersebut, hingga langsung memunculkan situasi pandemi yang mencekam di Tanah Air?

img_title
VIVA.co.id
2 Oktober 2024