Terapi Trombolitik, Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Stroke
- Pixabay/ TusitaStudio
VIVA – Angka kejadian stroke di Indonesia cukup tinggi, bahkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Untuk mengurangi risiko kematian, para ahli menyatakan bahwa treatment untuk pasien stroke sangat menentukan. Salah satu yang dilakukan adalah terapi trombolik.
Dilansir WebMD, terapi trombolitik adalah penggunaan obat-obatan untuk menghancurkan atau melarutkan gumpalan darah, penyebab utama stroke. Meski terkesan 'menyeramkan' namun Obat-obatan yang digunakan dalam terapi trombolitik telah disetujui untuk pengobatan segera dalam kasus stroke dan jantung.
Pada beberapa rumah sakit, dokter melakukan terapi trombolitik di ICU, namun pada kasus lain trombolitik dapat dilakukan di unit perawatan yang memahami pengobatan dan potensi komplikasi.
Selain itu dengan terapi ini, pasien memiliki kesempatan bertahan dan pulih lebih baik apabila pasien menerima obat trombolitik dalam 12 jam setelah serangan jantung.
Neurologist, dr. Dina Meilana, Sp.S., mengatakan terapi trombolitik merupakan metode yang cukup efektif.
"Idealnya, Anda harus menerima obat trombolitik dalam 30 menit pertama setelah tiba di rumah sakit untuk pengobatan," ujarnya dalam seminar 'Stroke and Pain Management" di Siloam Hospitals TB Simatupang beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa terapi ini bahkan telah di lakukan pada pasien stroke berusia 83 tahun.
"Hasilnya sangat baik dan mengalami perbaikan. Bahkan kualitas hidupnya tidak berkurang walau telah mengalami stroke," ujarnya.
Selain menjalani terapi trombolik, spesialis Neuro Surgeon, Dr. dr. Ferry Senjaya, Sp.BS, AFAANS, juga mengatakan bahwa penanganan stroke secara tepat dan cepat juga menjadi kunci utama berkurangnya risiko kematian akibat stroke.
"Terlebih, periode emas dari stroke hanyalah 3-4 jam sejak timbulnya gejala, guna mencegah terjadinya kecatatan atau bahkan kematian," ujarnya di lokasi yang sama.
Nyeri kepala biasanya sering disalahartikan sebagai hipertensi, kolesterol atau nyeri secara umum sehingga berobat saat sakit saja. Padahal, menurut Ferry, banyak juga kasus hipertensi dan kolesterol namun tidak mengalami nyeri kepala.
"Tiba-tiba jatuh sakit dan stroke. Hal ini yang harus disampaikan ke publik, bahwa tekan faktor risiko sedini mungkin dengan segera cek kesehatan secara berkala."
Selain itu, penangan darurat serangan stroke, adalah segera memanggil ambulan atau segera dibawa ke rumah sakit yang lengkap secara fasilitas.
"Penanganan mendadak kepada Pasien stroke yaitu jangan diberi air atau makanan, cukup kasih obat nyeri jika merasa nyeri, lalu segera larikan ke rumah sakit. Apabila sulit untuk makan atau sulit kencing, harus ditangani sebelum 1x24 jam untuk masuk ruang operasi. Ini untuk menyelamatkan hidup pasien," tutup Ferry Senjaya.
Terkait penanganan tepat pasien stroke Direktur Rumah Sakit Siloam TB Simatupang, dr Harijanto Solaeman MM, mengatakan bahwa Teknologi kesehatan pada penanganan stroke dan nyeri kini semakin berkembang.
"Seluruh penanganan terkini tersebut dapat dilakukan Siloam Hospitals TB Simatupang dengan didukung oleh para dokter ahli serta peralatan yang mendukung."