Dibanding MERS dan SARS, Seberapa Mematikan Virus Corona?

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • www.turbosquid.com

VIVA – Virus Corona atau nCov menjadi virus jenis baru yang satu family dengan virus penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Ketiga penyakit itu diketahui menyerang sistem pernapasan, yang mana juga memicu kematian pada pengidapnya.

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Sementara itu, virus jenis baru lainnya yang juga sempat menghebohkan pada beberapa waktu lalu, seperti flu burung dan flu babi, turut memicu kematian pada banyak orang. Lantas, seberapa mematikan virus corona jenis baru ini dibandingkan dengan virus lainnya tersebut?

"Berita baiknya bahwa fatality-nya (tingkat kematian) rendah. Kalau dibandingkan dengan flu burung, itu 87 persen pasien yang dirawat di Indonesia meninggal. Kemudian SARS, 60 persen yang dirawat meninggal, ribuan orang meninggal. MERS juga cukup tinggi,” ujar spesialis paru, dr. Erlina Burhan Sp.P (K) di kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Jakarta, Jumat, 24 Januari 2020.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

“Untuk nCov itu kalau kita lihat enggak sampai 5 persen kematiannya," tambah Erlina.

Ia melanjutkan bahwa kematian akibat nCov sendiri juga tidak dapat dikaitkan langsung dengan virus tersebut. Sebab, penyebab kematiannya just?u karena komorbid atau adanya penyakit penyerta pada pasien seperti diabetes atau gagal ginjal.

Wanita Paruh Baya Ini Lakukan Operasi Plastik Jadi Muda untuk Kelabui Polisi

Namun, bukan berarti tingkat kematian yang rendah lantas membuat virus tersebut tidak perlu diwaspadai. Dikhawatirkan oleh para tenaga medis, nCov bisa memicu banyaknya kesakitan yang diderita oleh warga di dunia.

"Jadi tidak bisa dibilang virus mematikan. Kan banyak yang malah bisa pulang. Tetapi yang paling ditakutkan adalah morebidity, kesakitannya, kasusnya jadi banyak. Banyak yang sakit. Jadi waspada jangan sampai kena sakit," ucap Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, Sp.PD-KPTI, FACP, FINASIM, Ph.D. dalam kesempatan yang sama.

Terlebih, virus corona sendiri juga sudah menyebar luas di berbagai negara. Maka dari itu, tindakan pencegahan harus dilakukan dengan menjaga stamina tubuh tetap baik.

"Karena sudah dicurigai (penularan) antar manusia, maka hati-hati jika tahu tetangga kita yang baru datang dari China atau negara lain yang terinfeksi. Mendekat ke orang sakit dengan gejala batuk dan pilek, sebaiknya jaga tidak tertular,” ujar ujar Ketua Umum IDI, Dr. Daeng M Faqih SH. MH,.

Lebih lanjut, Daeng mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyarankan masyarakat untuk memakai masker dan jangan lakukan kebiasaan mengucek mata. Kesehatan tubuh juga harus diperkuat dengan olahraga dan makan sehat.

“Kalau stamina tubuh bagus, maka penyakit tidak timbul,” tambahnya.

Presiden Jokowi dicek kesehatan sebelum divaksinasi booster COVID-19 tahap dua

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Lantas bagaimana jejak perjalanan mewabahnya virus mematikan Sars-CoV-2 tersebut, hingga langsung memunculkan situasi pandemi yang mencekam di Tanah Air?

img_title
VIVA.co.id
2 Oktober 2024