Wabah Antraks di Gunung Kidul Renggut 1 Nyawa
- ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
VIVA – Kementerian Kesehatan RI meningkatkan kewaspadaan pada kasus antraks di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Sebanyak 21 orang positif terjangkit antraks dan 1 di antaranya meninggal dunia.
Dijelaskan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Anung Sugihantono kejadian antraks pada manusia mulai dikenali pada 27 Desember 2019 lalu usai menunjukkan beberapa gejala yang mirip dengan antraks. Dengan rentang 1 minggu, kejadian antraks pada manusia melonjak.
"Minggu 51 ke 52 tahun 2019 terjadi KLB antraks. Investigasi pada 21 orang dengan tanda klinis yang positif antraks. Dari yang positif itu, 1 orang meninggal dengan diagnosa meningitis," ujar Dirjen Anung, Senin 20 Januari 2020.
Diketahui, terdapat beberapa jenis antraks antara lain antraks kulit, antraks pencernaan, antraks saluran pernapasan, dan antraks meningitis, pada kasus berat. 1 orang yang meninggal itu, lanjut Dirjen Anung, merupakan tokoh utama dari kasus antraks, yakni ia yang mengelola hewan ternak yang mati di kasus pertama yang ditemukan pada tanggal 18 Desember 2019 lalu.
"Pada tanggal 18 Desember, kematian 1 ekor sapi. Lalu tanggal 26-27 Desember, kematian 5 kambing dan 2 sapi. Kematian hewan berlanjut pada tanggal 6 Januari dengan 2 sapi dan 1 kambing. Pada hewan yang mati pertama kali, bangkai disembelih dan dibagikan dagingnya ke warga," jelas Dirjen Anung.
Kebiasaan warga tersebut yang membagikan hewan ternak sakit ke warga sekitar, menjadi pemicu tersebarnya wabah antraks. Sehingga saat kematian hewan terjadi kembali pada 9 Januari kemarin, warga sudah mulai menguburnya. Sehingga kasus antraks pun perlahan surut dan dikendalikan.
"Terjadi perubahan pola perilaku terhadap hewan itu. Sampai saat ini sudah tidak ditemukan lagi kasus antraks baru di gunung kidul," ungkapnya.
Â