Hipertensi? Waspadai Gejala Stroke Ringan

Ilustrasi sakit kepala
Sumber :
  • Viva.co.id/Beno Junianto

VIVA – Hipertensi hingga kini masih menjadi mimpi buruk bagi masyarakat. Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI (Riskesdas RI) tahun 2018 menunjukan prevalensi stroke yang cukup tinggi terkait hipertensi.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Berdasarkan diagnosis pada penduduk, hipertensi telah menjangkiti anak berusia di bawah 15 tahun adalah 10,85 persen. 

Tak hanya itu, hipertensi merupakan penyebab utama stroke di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2016 menulis bahwa stroke menempati peringkat ke-2 sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian dan peringkat ke-3 penyebab utama kecacatan di seluruh dunia.

Lagi Tren Fisioterapi ke Rumah untuk Pasien Pemulihan Stroke, Seberapa Efektif?

Untuk itulah, mencegah dan mengobati hipertensi penting dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya stroke.

dr. Eka Harmeiwaty, SpS, dokter spesialis saraf (Neurologist) mengatakan bahwa Hipertensi adalah faktor risiko paling sering menyebabkan terjadinya stroke iskemik dan stroke hemoragik.  

Inilah 7 Makanan Penurun Kolesterol yang Baik untuk Dikonsumsi

"Keduanya punya mekanisme yang berbeda. Tekanan darah yang tinggi akan merusak elastisitas pembuluh darah di otak, dinding pembuluh darah menebal dan mempermudah terbentuknya plak. Keadaan ini akan membuat lumen pembuluh darah menyempit dan tersumbat," ujarnya beberapa waktu lalu.

Akibatnya, otak tidak bisa mendapat suplai oksigen dan nutrisi yang akan menyebabkan kerusakan hingga kematian sel saraf di otak.  

"Selain itu hipertensi kronis akan menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri yang lebih kecil, dan menyebabkan terbentuknya gelembung yang bisa pecah sewaktu-waktu." 

Darah yang keluar dari pembuluh darah akan menekan sel saraf di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan. "Tubuh mempunyai kemampuan mengabsorbsi darah, sehingga bila perdarahan tidak luas pemulihannya akan lebih baik dari stroke penyumbatan. Namun bila perdarahan luas akan berakibat fatal."

Lebih lanjut dr Eka mengatakan bagwa gejala stroke selalu muncul mendadak, hanya progresivitasnya bisa bertahap atau langsung parah.  

Gejala yang muncul berhubungan dengan fungsi bagian otak yang terkena, namun yang paling sering ditemukan adalah kelumpuhan ekstremitas satu sisi, kesemutan, wajah mencong dan pelo. 

Gejala stroke bisa pula berupa gangguan bahasa, gangguan memori, gangguan penglihatan, gangguan menelan, suara sengau, gangguan koordinasi dan gangguan keseimbangan, Perubahan perilaku juga bisa terjadi karena stroke dan acapkali diangap sebagai gangguan jiwa. 

"Sepertiga pasien stroke mengalami pemulihan, sepertiganya mengalami kecatatan seumur hidup dan sepertiga lainnya meninggal."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya