Berkaca dari Kasus Reynhard Sinaga, Kenali Ciri Predator Seksual
- Facebook via BBC
VIVA – Lebih dari 190 laki-laki disebut menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh Reynhard Sinaga, Warga Negara Indonesia yang tinggal di Inggris. Atas perbuatannya, Reynhard divonis hukuman penjara seumur hidup dengan hukuman minimal 30 tahun.
Dalam persidangan, Hakim bahkan menyebut bahwa Reynhard merupakan predator seksual setan. Dengan keji dan tanpa belas kasihan ia memperkosa korbannya satu persatu. Meski demikian predator seksual sendiri sebenarnya bisa dikenali.
Meski kebanyakan mereka lihai dalam memanipulasi, mereka bisa dikenali dengan memahami pola pikir dan perlakunya. Dilansir dari Psychology Today, seorang ahli dalam perilaku kriminal, Stanton Samenow, Ph.D., predator seksual menguak sendiri cirinya berdasarkan perilakunya.
Oleh karenanya penting untuk memahami pola pikir dari predator seksual tersebut. Berikut ini beberapa ciri-cirinya:
Mengejar kekuasaan dan kontrol
Bagian penting dari citra diri pelaku adalah mampu mendominasi orang lain. Dia mulai melakukan ini ketika dia mengejar siapa pun yang dia anggap menarik.
Merasa Unik
Setiap orang memang unik - secara fisik, psikologis, dan pengalaman. Tetapi orang yang melakukan pelecehan seksual, penyerangan, atau pemerkosaan menganggap dirinya sendiri sejenis dan berbeda dari yang lain. Bagian dari persepsi diri ini adalah kepastiannya bahwa ia tidak dapat ditolak oleh banyak korban. Ketika dihadapkan dengan pilihan benar dan salah, dia membuat aturan sendiri.
Mampu memanipulasi
Individu-individu ini seringkali sangat cerdas, karismatik, dan berbakat. Bahkan orang yang mengenal mereka dengan baik tidak dapat membayangkan bahwa mereka bahkan mampu mengeksploitasi orang lain secara seksual. Predator seperti itu sangat mampu memanipulasi dan menipu.
Merasa tak terkalahkan
Pelaku pelecehan seksual, penyerangan, dan pemerkosaan tahu benar dan salah. Mereka sepenuhnya sadar akan konsekuensi potensial mereka akan tertangkap. Mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk mengabaikan mereka cukup lama untuk melakukan apa yang mereka inginkan, sambil mempertahankan rasa tak terkalahkan.
Mereka menghilangkan pertimbangan hati nurani yang berperilaku sesuka hati tanpa memperhatikan kerusakan emosional, fisik, atau lainnya yang mungkin mereka timbulkan.
Tidak merasa menyesal
Ketika mereka terbuka kedoknya, salah satu penyesalannya ialah karena mereka tertangkap. Bukan karena telah menimbulkan dampak pada korban. Sebaliknya, mereka menganggap diri mereka sebagai korban karena konsekuensi yang tidak menyenangkan yang harus mereka hadapi.