Disebut Rape Drug, Obat Bius Reynhard Sering Dipakai Para Pemerkosa
- Facebook/@Reynhard Sinaga
VIVA – Pemerkosaan yang dilakukan Reynhard Sinaga, Warga Negara Indonesia yang tinggal di Inggris, terhadap lebih dari 190 korban membuat ramai diberitakan baru-baru ini. Kasus ini disebut-sebut sebagai kasus serial pemerkosaan terbesar sepanjang sejarah di Inggris, atau bahkan di dunia.
Dalam memburu korbannya, ia kerap berkunjung ke kelab-kelab malam di sekitar tempatnya tinggal. Dari sana ia mengajak korban ke tempat tinggalnya untuk minum-minum. Di sana, tanpa sadar korban diberikan semacam obat bius yang dikenal dengan nama, GHB (gamma-hydroxybutyrate)
Meskipun kadang-kadang disebut sebagai obat pemerkosaan atau rape drug, GHB (gamma-hydroxybutyrate) sebenarnya digunakan untuk tujuan rekreasi dan konsensus.Obat ini umum digunakan untuk meningkatkan hubungan seks antara dua atau lebih pasangan.
Tapi pemerkosa menggunakan GHB sebagai senjata. Seperti dilansir dari BBC, satu survei baru-baru ini memperkirakan lebih dari seperempat dari mereka yang disurvei mengalami pelecehan seksual saat tidak sadar.
GHB adalah obat yang terpisah tetapi hampir identik dengan GBL (gamma-butyrolactone), suatu zat yang dijual secara legal sebagai pelarut industri tetapi menjadi GHB setelah masuk ke dalam tubuh. Keduanya dikenal sebagai "G", dan memiliki bentuk cairan berminyak, tidak berbau yang diencerkan dalam minuman ringan dan ditelan.
G dapat memberi pengguna perasaan euforia dan dapat meningkatkan gairah seks mereka. Tetapi meningkatkan dosis sedikit, bahkan kurang dari satu mililiter, bisa berakibat fatal. Obat ini kerap diguanakn oleh banyak pemerkosa untuk melancarkan aksinya.
Meski demikian sulit untuk mengetahui dengan pasti berapa banyak serangan seksual yang terhubung dengan GHB. Sebelum kasus Reynhard, s kasualah satu kasus dengan profil tertinggi adalah pembunuh berantai Stephen Port, yang dihukum seumur hidup pada tahun 2016 karena meracuni empat pemuda dengan dosis obat yang mematikan.
Dari 2.700 pria gay dan biseksual yang menggunakan G yang menanggapi survei yang dilakukan oleh BuzzFeed News dan Channel 4 Dispatches tahun lalu, 28 persen mengatakan mereka telah mengalami penyerangan. .
Patrick Strudwick, editor LGBT BuzzFeed News dan presenter film dokumenter Channel 4 Sex, Drugs and Murder, menyebut G sering dipakai sebagai senjata pilihan pemerkosa di tahun 2020.
"Karena ... itu dapat dimasukkan ke dalam minuman seseorang tanpa mereka sadari dan karena itu dapat dengan mudah menyebabkan ketidaksadaran, oleh karena itu matang untuk digunakan oleh predator," katanya.
Profesor Adam Winstock, konsultan psikiater dan pendiri Global Drug Survey, mengatakan bahwa kendala tambahan untuk mengetahui skala masalah adalah bahwa korban sering tidak melaporkannya ke polisi.
Orang-orang dapat merasa tidak pasti tentang apa yang terjadi, dan apakah suatu kejahatan terjadi. Selain itu, mereka kerap merasa malu, bersalah dan takut harus mengungkapkan informasi yang mereka anggap memalukan. Beberapa juga khawatir mereka bisa diselidiki karena pelanggaran narkoba.