Waspada Hipotermia Anak Saat Banjir, Bisa Sebabkan Kematian
- Viva.co.id/ Rifki Arsilan
VIVA – Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek berpotensi menimbulkan beberapa penyakit. Dalam kondisi bencana seperti banjir, bayi merupakan salah satu kelompok usia yang paling rentan terkena penyakit.
Hal yang banyak tidak disadari oleh orangtua, bahwa banjir yang melanda Jabodetabek selama setidaknya dua hari juga bisa menimbulkan risiko hipotermia. World Health Organization menyebut bahwa hipotermia menjadi masalah pada anak jika mereka terperangkap di air banjir untuk waktu yang lama.
Seperti dilansir dari Kids Health, hipotermia berbahaya karena ketika suhu tubuh terlalu rendah, organ tidak dapat berfungsi dengan baik. Tanpa perawatan, kegagalan organ dan bahkan kematian dapat terjadi.
Paparan cuaca dingin, dan terutama air dingin, dapat menyebabkan hipotermia. Bayi dan orang tua berisiko lebih tinggi. Tanda-tanda hipotermia meliputi menggigil terus-menerus, kebingungan, kecanggungan, kantuk, bicara cadel, dan denyut nadi lemah.
Banyak orang dengan hipotermia tidak tahu mereka dalam masalah karena gejalanya muncul perlahan dan memengaruhi kemampuan mereka untuk berpikir jernih. Hal ini menjadi sulit dikenali karena pada usia bayi mereka masih terbatas untuk berkomunikasi.
Jika anak kamu berada dalam kondisi tersebut, pastikan mereka untuk mendapatkan pelindung, suntikan tenaga, pelapis, dan juga kering: Kenakan topi atau penutup pelindung lainnya untuk mencegah panas tubuh keluar dari kepala, wajah, dan leher.
Kemudian, hindari aktivitas yang akan menyebabkan anak banyak berkeringat. Kombinasi pakaian basah dan cuaca dingin dapat menyebabkan mereka kehilangan panas tubuh lebih cepat.
Kenakan pakaian longgar, berlapis, dan ringan. Pakaian luar yang terbuat dari anyaman yang rapat, bahan anti air adalah yang terbaik untuk perlindungan angin. Lapisan wol, sutera, atau polipropilen membuat panas tubuh lebih baik daripada kapas. Selain itu, pastikan untuk tetap kering. Ganti pakaian basah sesegera mungkin.